NafsuPerselingkuhan Mertua, Aku, dan Istriku. Published on Thursday, January 17, 2013 3 appreciated comments ». Aku menikah dengan usia yang relatif muda, yaitu 25 tahun dan istriku 22 tahun. Aku bersyukur bisa memperoleh istri yang cantik dan tubuh yang seksi dengan dada yang menantang dan pantat yg sekal, tapi bukan itu alasanku memilih dia NikmatnyaML dengan Anak Tiri yang Masih Kencur cerita dewasa. 19.41 |. Aku adalah anak tunggal. Ibuku adalah seorang wanita yang disiplin dan agak keras sedangkan ayahku kebalikannya bahkan bisa dikatakan bahwa ayah di bawah bendera ibu. Bisa dikatakan ibulah yang lebih mengatur segala-galanya dalam keluarga. SedangkanBu Lina memang janda karena suaminya minggat dengan wanita lain. Sampai di rumah Tante Ima, suasananya memang sepi karena anaknya kuliah dan Omku sedang mengantar tetangga pindah rumah. Setelah aku angkat-angkat barang ke dalam rumah, aku pun lalu pamitan mau pulang kepada Tanteku. Semuadirangsangnya maka wanita akan mabuk birahi. Semakin liar Della menggolek-golekkan kepalanya. "Oohh yess.. Arrgghh.. Fuck me.. Ooh my old man..", rintihan-rintihan erotis menggema di ruangan. Si Bapak mengangkat Della dengan entengnya (biasanya mengangkat beras sekwintal, Della paling 55 Kg). Lalu direbahkannya telentang di ranjang. Vay Tiền Trả Góp 24 Tháng. Dalam Dunia Kita - kali ini akan Memberikan Cerita Sex Tentang Cerita Dewasa Ibu Dan Anak Di Embat Juga,langsung saja kita simak - Aku adalah seorang karyawan di sebuah Perusahaan yang bergerak di bidang beverage. Posisiku sudah lumayan tinggi, yaitu sebagai General Manager sehingga aku mendapatkan fasilitas perumahan dan sebuah mobil sedan. Aku masih lajang sehingga sehabis pulang kerja hobiku jalan-jalan cari pengalaman dan Dewasa Ibu Dan Anak Di Embat JugaCerita ini berawal saat aku pulang kerja sekitar jam 11 malam, mobilku menabrak seorang anak yang digandeng ibunya sedang menyeberang jalan. Untung saja aku cepat menginjak rem sehingga anak itu lukanya tidak parah hanya sedikit saja dibagian pahanya. Ketika aku tawarkan untuk ke rumah sakit, Ibu itu menolak dan katanya lukanya tidak parah.“Ya udah bu, sekarang aku antar Ibu pulang, dimana rumah Ibu?”“Nggak usah den, si Mbok nggak usah diantar”.“Kenapa Mbok, inikan sudah malam, nggak apa-apa Mbok aku antar ya?”Si mbok ini tidak menjawab pertanyaanku dan hanya menunduk lesu dan ketika dia mau menjawab, dari arah ujung trotoar mencul anak kecil sambil membawa bekicot.“Ini Mbok bekicotnya, biar luka Mbak Tika cepat sembuh”.Ibu itu menerima bekicot dari gadis itu, memecahnya dibagian ujung dan mengoleskannya diluka gadis yang ternyata namanya Tika. Tapi, Setelah selesai mengoleskan, simbok itu mengandeng Tika dan adiknya mau pergi. Sebelum melangkah jauh, aku hadang dan berusaha untuk mengantarnya pulang.“Simbok mau pulang.., aku antar ya Mbok, kasihan Tika jalannya pincang”.“Ngaak usah den, simbok..”.“Kenapa Mbok, nggak sungkan-sungkan, ini kan sudah malam, kasihan Tika Mbok..”.“Simbok ini nggak punya rumah den, sombok cuma gelandangan”.Aku sempat benggong mendengar jawaban simbok ini, akhirnya aku putuskan untuk mengajaknya ke rumahku walaupun hanya untuk malam ini saja. Terus terang aku kasihan kepada mereka.“Ya sudah Mbok, kamu dan kedua anakmu itu malam ini boleh tidur dirumahku”“Tapi ndoroo..”.“Sudahlah Mbok, ini juga kan untuk menebus kesalahanku karena menabrak Tika”.Dari informasi yang aku dapatkan didalam mobil selama perjalanan pulangp, simbok ini ternyata ditinggak suaminya saat mengandung adiknya Tika, yang akhirnya aku ketahui namanya Intan. Simbok ini yang ternyata namanya Inem, usianya sekitar 42 tahun, dan anaknya si Tika umurnya 14 tahun sedangkan Intan baru 11 tahun. Tika sempat lulus SD, sedangkan Intan hanya sempat menikmati bangku SD kelas sampai dirumah, Mbok Inem dan kedua anaknya langsung aku suruh mandi dan makan malam. Ternyata simbok, Tika dan Intan tidak membawa baju ganti sehingga setelah mandi baju yang dipakainya ya tetap yang tadi. Padahal baju yang dipakai ketigany sudah tidak layak untuk dipakai lagi. Simbok memakai daster yang lusuh dan sobek disana-sini sedangkan Tika dan Intan sama saja lusuh dan penuh jahitan disana sini. Besok yang kebetulan hari minggu, aku memang mempunyai rencana membelikan baju untuk mereka bertiga. Aku memang tipe orang yang nggak bisa melihat ada orang lain menderita. Kata temen-temen sih, aku termasuk orang yang memiliki jiwa sosial yang tinggi.“Tika dan juga kamu Intan makan yang banyak ya.. biar cepet gede..”.“Inggih Ndoro.., boleh nggak kalau Intan habiskan semuanya, karena Intan sudah 2 hari nggak makan”.“Boleh nduuk.., Intan dan Tika boleh makan sepuasnya disini”.*****Mulai dari sinilah awal dari petualangan seksku. Setelah acara makan malam selesai, ketiganya aku suruh tidur di kamar belakang. Sekitar jam 1 malam setelah aku selesai nonton acara TV yang membosankan, aku menuju kekamar belakang untuk meneggok keadaan mereka. Ketika aku masuk kekamar mereka, jantungku langsung berdeguk cepat dan keras saat aku melihat daster Mbok Inem yang tersingkap sampai ke pinggang. Ternyata dibalik daster itu, Mbok inemku ini memiliki paha yang betul-betul mulus dan dibalik CD nya yang lusuh dan sobek dibagian depannya terlihat dengan jelas jembutnya yang tebal dan hitam. Pikiranku langsung melayang dan kontolku yang masih perjaka ini langsung agak tenang, tanganku langsung bergerilnya mengelus paha mulus Mbok inemku ini. Setelah puas mengelus pahanya, aku mulai menjilati ujung paha dan berakhir dipangkal pahanya. Aku sempat mau muntah ketika mulai menjilati klitorisnya. Di depan tadi kan aku sudah bilang kalau CD Mbok ku ini sobek dibagian depan.., jadi clitnya terlihat dengan jelas. Sedangkan yang bikin aku mau muntah adalah bau CDnya. Ya.. mungkin sudah berhari-hari tidak dicuci. Setelah sekitar 13 menit aku jilati clitnya dan ternyata Mbok inemku ini tidak ada reaksi.. ya mungkin terlalu capek shingga tidurnya pulas banget, aku mulai keluarkan kontolku dan mulai aku gesek-gesekkan di clitnya. Aku tidak berani melapas CDnya takut dia bangun. Ya.. aku hanya berani mengocok kontolku sambil memandangi clit dan juga teteknya. Ternyata Mbok inemku ini tidak memakai BH sehingga puting payudaranya sempat menonjol di balik dasternya. Aku tidak berani untuk memeras teteknya karena takut Mbok Inem akan asyik-asyiknya aku mengocok kontolku, si Tika bangun dan melihat ke arahku. Tika sempat mau teriak dan untung saja aku cepat menutup mulutnya dan memimta Tika untuk diam. Setelah Tika diam, berhubung aku sudah tanggung, terus saja aku kocok kontolku. Tika yang masih terduduk lemas karena ngantuk, tetap saja melihat tangan kiriku yang mengocok kontolku dan tangan kananku mengusap-usap paha mulus ibunya. Sambil melakukan aktivitasku, aku pandangi si Tika, gadis kecil yang benar-benar polos, dan aku lihat sesekali Tika melihat mataku terus berpindah ke paha ibunya yang sedang aku elus-elus berulangkali. Setelah sekitar 8 menit berlalu, aku tidak tahan lagi, dan akhirnya “.. croot.. crrott.. croot..” ada 6 kali aku menembakkan pejuhku ke arah clit Mbok inemku aku keluarkan pejuhku, si Tika menutup matanya sambil memeluk kedua kakinya. Pada saat itulah aku tanpa sengaja melihat pangkal pahanya dan ternyata.., tikaku ini tidak memakai CD. Saat aku sedang melihat memeknya Tika, dia bilang..“Ndoro.. kenapa pipis di memeknya simbok”. aku sendiri sempat kaget mendengarnya.“Nduuk.. itu biar ibumu tidur nyenyak..”.“Ndoroo.. Tika kedingingan.., Tika mau pipis.. tapi Tika takut ke kamar mandi..”.“Ya.. sudah Nduk.. ayo aku antar ke kamar mandi”.Tika kemudian aku ajak pipis ke toilet di kamar tidurku. Aku sendiri juga pengen pipis, terus Tika aku suruh jongkok didepanku. Tika kemudian mengangkat roknya dan.. suur.. banyak sekali air seni yang keluar dari memeknya. Aku sendiri hanya sedikit sekali kencingku. Setelah acara pipisnya selesai, Tika aku gendong dan aku dudukkan di pinggir ranjangku. Lalu aku peluk dan aku belai lembut rambut panjangnya yang sampai ke pinggang.“Ndoro.. Tika belum cebok.. nanti memeknya Tika bau lho.. Ndoro..”.“Nggak apa-apa Nduk.. biar nanti Ndoro yang bersihin memeknya Tika.. Tika bobok disini ya.. sama ndoromu ini..”.Kemudian Tika aku angkat dan mulai aku baringkan di ranjang empukku ini. Tangganku mulai aktif membelai rambutnya, pipinya, bibirnya.. dan juga payudaranya yang lumayan montok. Pada saat tanganku mengelus pahanya..“Ndoro.. kenapa mengusap-usap kaki Tika yang lecet..”.“Oh iya Nduk.. Ndoro lupa..”.Tahu sendirilah, aku memang benar-benar sudah horny untuk mencicipi Tika, gadis kecilku ini. Bayangkan pembaca, disebelahku ada gadis 14 tahun yang begitu polos, dan dia diam saja ketika tanganku mengelus-elus seluruh gimana udah belum ngebayanginya.. udah belum..! udah yaa.. aku terusin aku jongkok diantara kakinya dan mulailah aku singkap rok yang dipakai Tika sampai ke pinggang. Sekarang terpampanglah dihadapanku seorang gadis kecil usia 14 tahun denga bibir kemaluan yang masih belum ditumbuhi bulu. Setelah pahanya aku kangkangkan, terpangpanglah segaris bibir memek yang dikanan-kirinya agak mengelembung.., eh maksudku tembem. Dengan jari telunjuk dan Ibu jari aku berusaha untuk menguak isi didalamnya. Dan ternyata.. isinya merah muda, basah karena ada sisa pipisnya yang tadi itu lho dan juga agak Dewasa Ibu Dan Anak Di Embat Juga Tangankupun mulai mengelus memek keperawanannya, dan sesekali aku pijit, pelintir dan aku tarik-tarik clitorisnya. Ake sendiri heran clitnya tikaku ini ukurannya nggak kalah sama ibunya.“Aduuh.. Ndoro.. memeknya Tika diapain.. Ndoro..”.“Tenang Nduk.. nggak apa-apa.. Ndoro mau nyembuhin luka kamu kok.. Tika diam saja yaa..”.“Inggiih.. Ndoro..”.Setelah Tika tenang, akupun mulai menjilati memeknya dan memang ada rasa dan bau pipisnya Tika.“Ndoro.. jangaan.. Tika malu ndoroo.. memek Tika kan bau..”.Aku bahkan sempat memasukkan jariku ke liang perawannya dan mulai aku kocok-kocok dengan pelan. Tikapun mulai menggelinjang dan mengangkat-angkat pun mulai menyedot memeknya Tika dengan kuat dan aku lihat Tika menggigit bibir bawahnya sambil kepalanya digoyang kekanan kiri.“Ndoroo.. geli Ndoro.. memeknya Tika diapain sih ndoroo..”.Akupun tidak peduli dengan keadaan Tika yang kakinya menendang-nendang dan tangannya mencengkeram seprei ranjangku sampai sobek disana sini. Dan akhirnya..“Ndoroo.. sudah Ndoro.. Tika mau pii.. piis dulu Ndoro..”.Dan tidak lama kemudian “Ssuur.. suur.. suur..”Banyak sekali cairan hangatnya membanjiri mulutku. Aku berusaha sekuat tenaga untuk menelan semua cairan memeknya yang mungkin baru pertama kali ini kujilati dan kuhisap sampai bersih, akupun tiduran disebelahnya dan kurangkul tikaku ini.“Ndoro.. maafin Tika ya.. Tika tadi pipis di mulutnya Ndoro.. pipis Tika bau ya Ndoro..”.“Nggak apa-apa Nduk.. tapi Tika harus dihukum.. karena udah pipis dimulut Ndoro..”“Tika mau dihukum apa saja Ndoro.. asalkan Ndoro nggak marahin Tika..”.“Hukumannya, Tika gantian minum pipisnya Ndoro.. mau nggak..”.“Iya Ndoro..”.Akhirnya aku keluarkan kontolku yang sudah tegang. Begitu kontolku sudah aku keluarkan dari CDku, Tika yang masih terlalu polos itu menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Aku lihat wajah Tika agak memerah. Setelah aku lepaskan kedua tangannya, aku sodorkan kontolku kedepan wajahnya dan aku suruh Tika untuk memegangnya.“Nduk.. ayo dipegang dan dielus-elus..!.“Inggih Ndoro.. tapi Tika malu Ndoro.. Tika takut Ndoro..”.“Nggak apa-apa Nduk.. ini nggak nggigit kok.. ini namanya kontol Nduk..”.Kemudian gadis kecilku ini mulai memegang, mengurut, meremas dan kadang-kadang diurut.“Nduk.. kontolnya ndoromu ini diemut ya..”.“Tapi Ndoro.. Tika takut Ndoro.. Tika jijik Ndoro..”.“Nggak apa-apa Nduk.. diemut saja seperti saat Tika ngemut es krim.. ayo nanti Tika Ndoro kasih es krim.. mau ya..”.“Benar Ndoro.. nanti Tika dikasih es krim..”.”Iya Nduk..”.Tika pun jongkok diantara pahaku dan mulai memasukkan kontolku ke mulutnya yang mungil. Agak susah sih, bahkan kadang-kadang kontolku mengenai giginya.“Nah gitu nduuk.. diisep ya.. yaa.. ya gituu.. nduuk..”.Sambil Tika mengoral kontolku, kaos lusuhnya Tika pun aku angkat dan aku lepaskan dari tubuh mungilnya. Aku elus-elus teteknya dan kadang aku remas dengan keras.“Aku gemes banget sih sama payudaranya yang bentuknya agak meruncing itu”.Sekitar 12 menit kemudian, aku rasakan kontolku sudah berdenyut-denyut. Aku tarik kepala Tika dan aku kocok kontolku dimulut mungilnya.. dan.. aku tekan sampai menyentuh kerongkongannya dan akhirnya “.. croot.. croot.. croot.. cruut..!”Cairan pejuhku sebagian besar tertelan oleh Tika dan hanya sedikit yang menetes keluar dari mulutnya.“Ndoroo.. pipisnya banyak banget.. Tika sampai mau muntah..”.“He.. eh.. nduuk.. tapi enak kan.. pipisnya Ndoro..”.“Inggih Ndoro.. pipis Ndoro kental banget.. Tika sampai nggak bisa telan.. agak amis Ndoro..”.Aku memang termasuk laki-laki yang suka merawat tubuhku. Hampir setiap hari aku fitnes. Menuku setiap hari susu khusus lelaki, madu, 6 butir telur mentah, dan juga suplemen protein produk Amerika. Jadi ya wajar kalau spermaku kental dan agak aku peluk bidadariku kecilku ini dan sesuai janjiku dia aku kasih es krim rasa vanilla. Setelah habis Tika memakan es krimnya, dia aku telentangkan lagi diranjangku. Terus aku kangkangkan lagi pahanya dan aku mulai lagi menjilati memek tembemnya. terus terang saja aku penasaran sebelum membobol selaput daranya.“Ndoro.. mau ngapain lagi.. nanti Tika pipis lagi lho Ndoro..”.“Nggak apa-apa Nduk.. pipis lagi aja Nduk.. Tika mau lagi khan es krim..”“Mau Ndoro..”.Setelah aku siap, pahanya aku kangkangkan lagi lebih lebar, dan aku mulai memasukkan kepala kontolku ke lubang surgawinya. Baru masuk sedikit, tikaku meringgis.“Ndoro.. memek Tika diapain.. kok sakit..”Aku sempat tarik ulur kontolku di liang memeknya. Dan setelah kurasa mantap, aku tekan dengan keras. Aku rasakan ujung kontolku merobek selaput tipis, yang aku yakin itu adalah selaput daranya.“Ndoorroo.. sakiit..” Langsung aku peluk Tika, kuciumi wajah dan bibir mungilnya.“Nggak apa-apa Nduk.. nanti enak kok.. Tika tenang saja ya..”.Setelah kudiamkan beberapa saat, aku mulai lagi memompa memeknya dan aku lihat masih meringis sambil menggigit bibir bawahnya.“Oohh.. ahh.. auuhh.. geli Ndoro.. ahh..” itulah yang keluar dari mulutnya Tika.“Auuhh.. oohh.., Ndoro.., periih
, aahh.. gelii Ndoro.. aahh..,”.SAmbil aku terus meusuk-nusuk memeknya, aku selalu perhatikan wajah imutnya Tika. Sungguh pemandangan yang luar biasa. Wajahnya memerah, bibirnyapun kadang-kadang menggigit bibir bawahnya dan kalau aku lihatnya matanya terkadang hanya terlihat putihnya saja. Kedua kaki Tika pun sudah tidak beraturan menendang kesana-kesini dan juga kedua tangannya menarik-narik seprei kasurku hingga terlepas dari kaitannya.“Auuhh.. oohh.., ndoroo.., aahh.. ooh.. aahh, ndoroo..”.Aku mulai rasakan ada denyutan-denyutan vaginanya di kontolku, pertanda tikaku sebentar lagi orgasme. Kepala Tika pun mulai menengadah ke atas dan kadang-kadang badannya melengkung. Sungguh pemandangan yang sensasional, gadis 14 tahun yang masih begitu polos, tubuhnya mengelinjang dengan desahan-desahan yang betul-betul erotis. Aku yakin para pembaca setuju dengan pendapatku, tapi tangannya pembaca kok megang-megang “itu” nya sendiri, hayo udah terangsang ya. Aku tahu kok, nggak usah malu-malu, terusin aja sambil membaca ceritaku ini.“Oohh.. ahh.. auuhh.. geli ndoroo.. ahh..”“Ndoroo.. Tika mau pipiiss.. ndoroo..”“Seerr.. suurr.. suurr.., kontolku seperti disiram air hangat..”.Aku peluk sebentar tikaku untuk memberikan kesempatan gadis kecilku menuntaskan orgamesme. Setelah agak reda, aku lumat-lumat bibir mungilnya.“Maapin Tika ya Ndoro.. Tika pipis dikasurnya Ndoro..”.“Tika malu Ndoro.. udah gede masih ngompol di kasur..”.“Nggak apa-apa Nduk.. lugu sekali gadisku ini.. Ndoro juga mau pipis di kasur kok..”.Aku sendiri sudah nggak tahan. Kakinya aku angkat, lalu kuletakkan di pundakku. Dengan posisi ini kurasakan kontolku menyentuh dinding rahimnya. Memeknya jadi becek banget, dan aku mulai mempercepat sodokan kontolku.“Ndooro.. Tika capek.. Tika mau bobok.. ndooroo..”.“Iya nduuk.. Tika bobok saja yaa..”.“Memeek Tika periih.. ndooroo..”.Kutekan keras-keras kontolku ke liang kenikmatannya dan kutarik pantatnya dan “croot.. cruut.. croot.. croot.. cruut.. croot..!”. Aku muntahkan pejuhku kedalam cabut kontolku dari memek tembemnya, terlihat lendir putih bercampur dengan darah segar mengalir keluar dari liang kemaluannya.“Ndoro.., kenapa Ndoro pipis diperutnya Tika.., perut Tika jadi hangat Ndoro..”.“Iya nduuk.., biar kamu nggak kedinginan.., ayo sekarang Tika bobok ya.., sini Ndoro kelonin..”.“Inggih Ndoro.., sekarang Tika capek.., Tika pengen bobok..”.Aku perhatikan memeknya sudah mulai melebar dan agak membelah dibandingkan sebelum aku perawanin. Aku peluk dia dan aku cium dengan mesra Tika, si gadis kecilku. Aku dan tikapun akhirnya tertidur dengan pulas. Nikmaat. “ih anak ibu, kamu tuh nggak PD banget sih Liat tuh di cermin, hmm cakep kan Perempuan mana sih yang nggak mau sama kamu”“ ibu mencubit kedua pipiku dan mengarahkan wajahku kearah cermin lebar di salahsatu dinding ruangan. “iih ibu, bikin GR aja”.,” aku berpaling kearahnya dan mencubit, bukan di lengannya seperti kebiasaanku kalau bercanda. Tapi di pantatnya, cukup keras karena aku gemas juga. “auuuu . sakit sayang!!” ibu menjerit, menatapku lucu sambil memonyongkan bibirnya, “hehehe 
 ibu cantik deh kalau monyong begitu,” candaku. Tangan ibu meraih remote control audio dari atas meja kerjanya. Menyalakan audio ruangan itu, dan jadilah kami berdansa pelan diiringi beberapa symphony bethoven & mozart yang romantis. Aku memeluk pinggulnya dan ibu mendekap erat dadaku keatas sehingga otomatis dada besarnya tersaji sedikit dibawah daguku. Bu Siska memang lebih tinggi 3-4cm dari aku. Entah karena romantisnya dansa kami atau gerakan ibu yang kadang menggoyang dadanya itu, penisku yang sedari tadi tidur itu mulai beranjak bangun dan mengeras hingga menimbulkan cembungan yang rupanya dirasakan juga oleh Bu Siska. Tapi ia diam saja, saat aku membuka mata malah kulihat ia terpejam seperti menikmati suasana itu. Pinggulnya justru semakin sengaja digerakkan menggesek cembungan ditengah selangkanganku itu. Aku bingung harus bagaimana, apalagi aku adalah tipe pria yang cepat sekali terangsang. Biasanya kejadian semacam ini hanya berlangsung sesaat saja dan ibu biasanya langsung mengelak kalau menyadari aku mulai terangsang. Tapi inikali berbeda, ibu malah semakin membiarkan dadanya menggencet ketat di dadaku. Adakah ini berarti Bu Siska juga sedang birahi” Sudah beberapa bulan hampir setahun setahuku ibu tak mendapat sentuhan lelaki. Ditengah batinku bertanya-tanya tentang keanehan itu, tiba-tiba ibu membuka matanya. Lalu entah apa yang menggerakkan wajah itu mendekat ke arah bibirku. Aku masih penasaran dan bingung, kukecup pipi kirinya, namun wajahnya seakan mengarahkan gerak yang lebih sensual dari biasanya, telapak tangannya kini mendekap kedua pipiku. Aku terdiam, memejam, dan hanya sesaat setelah itu kurasakan sebuah kelembutan menyentuh bibirku, aku pasrah saja tak berani menolak, tapi tak hanya sampai disana. Sekujur badanku merinding merasakan gejolak aura lidahnya yang berusaha memasuki rongga mulutku, bibirnya menjepit bibirku. Aku biarkan saja ketika bibir itu kini berhasil menjepit dan menyedot lidahku. Pikiranku masih berkecamuk antara percaya atau tidak terhadap apa yang kami lakukan saat ini. Bu Siska sudah mulai mendesah, terdengar nafasnya mulai memburu. Dekapan tangannya di kepalaku sudah terlepas, entah kapan dan aku tak menyadari ketika membuka mataku, belahan jas kerja Bu Siska ternyata sudah terbuka, sebelah tangannya menuntun tanganku kearah gundukan payudara berlapis BH putih berenda yang ukurannya my God, diatas rata-rata! “ Bu 
. mmm,” aku mencoba bicara namun secepat itu pula ia kembali menyumbat mulutku dengan sebuah ciuman. Dan lebih ganas dari sebelumnya, Bu Siska sudah tidak lagi menahan desahannya. Kali ini ikat pinggangku ia lepaskan, lalu zipper celana sekolah itu dan tasss”.celana abu SMA itu melorot sampai setengah paha. “Ibu 
. please”.,” aku kembali bicara. Tapi tanganku malah memberi remasan lembut pada buah dadanya. “terussskan sayang aaauuuffffhhh”..,” hanya itu yang terdengar dari desahannya yang semakin keras saja. Aku jadi tak berani lagi bicara, kubiarkan ibu bertambah liar dengan melukar pakaianku. Dan kalaupun aku mampu menolak, hal itu tidak akan aku lakukan. Karena beberapa saat kemudian otakku mulai dikuasai oleh egoisme birahi yang seakan bersorak; “Ayo, Bud, setubuhi perempuan cantik didepanmu!!! Bukankah selera seksualmu lebih besar pada wanita paruhbaya seperti ini”“““ Dan kapan lagi kamu akan membalas jasa Bu Siska yang telah memberimu kehidupan mewah seperti ini”““ Petanyaan-pertanyaan tadi seperti menuntun tanganku untuk lebih jauh menuruti nafsu Bu Siska yang sudah pasti tidak dapat lagi dibendung. Dan seperti mencari pembenaran atas kejadian itu, batinku yang lain menjawab; “sudah lah, Bud. Nikmati saja. Bukankah kamu juga tak kalah sayang pada Bu Siska
 Kamu juga mencintainya kan 
. Lupakan sejenak istrimu itu, dua lebih baik daripada satu dan yang ini adalah kunci masa depanmu!!!” Aku tak mampu lagi berpikir logis, segala bayangan tentang Rani hilang entah kemana, yang ada kini adalah kemolekan tubuh calon mertuaku, ibu angkatku yang mungkin juga akan segera jadi kekasih gelapku!!! Pakaianku terlepas sudah seluruhnya, entah kapan Bu Siska mempretelinya dari tubuhku. Aku telanjang dan terduduk di sofa panjang ruang kerja yang luas itu. Kupejamkan mata, tak berani melihat Bu Siska yang baru saja beranjak dari mengunci pintu ruang kerjanya. Dan bak penari striptease, dari arah pintu ia berjalan sambil melepaskan satu persatu pakaian yang melekat di tubuhnya. “

 Uhhfff”. kini aku yang terbelalak, sebelum melepaskan roknya, Bu Siska sudah melepas celana dalam putih, dan sesampainya didepanku dengan sekali langkah tubuh montok dan sedikit gemuk itu terpampang jelas di depanku. Ia berjongkok tepat dihadapan tempat aku duduk, lalu kembali memeluk. Kali ini aku yang menyambut dengan ciuman penuh kerinduan. Kunikmati bibir Bu Siska yang terus mendesah. Tanganku meraba dan sesekali meremas bongkahan payudara besarnya. Memilin putingnya bergiliran, lalu mencium dan menjilati lehernya. “aaauuuuhhh 
. sssssshhhhh aaaahhhh
.hmmmmm
.. oooohhhh..terussss saaayaang..ohhhh,” hanya desahan itu yang bisa diucapkannya. Tangan kiri Bu Siska meraih batang kemaluanku dan meremas lembut. “ooooohhhh..Bu..ssshhhh
.aaaauuhhhh,” desahanku juga mulai keras. Dan kami semakin liar. Kutarik tubuh ibu ke sofa. Ia berbaring sambil tersenyum, sepertinya mengundang aku untuk segera memuaskan dahaga asmara yang sesungguhnya terlarang itu. Baiklah, ibu angkat, aku bertekat akan membuatnya berteriak-teriak dan memohon supaya aku segera dan lagi dan lagi menyetubuhinya, akan kubuat calon mertuaku ini mengemis untuk dipuasi oleh calon menantu sekaligus anak angkatnya ini !!! Akan kusetubuhi engkau dengan keras!!!! Dan sekarang terimalah birahi anak angkatmu ini!!! Bersiaplah untuk menampung cairan sperma yang biasanya hanya ditampung oleh anakmu!!! “Ayo

 sayang, kemari, sentuhlah ibu, ibu mau sayang ayooouuuhhh..” kali ini ibu memohon agar aku segera menindihnya. Tapi nanti dulu, bukankah ibu mau dipuaskan lebih dari apa yang saya berikan pada anakmu. Aku meraba pangkal paha Bu Siska, sudah basah dan becek disana, kasihan ibu angkatku ini, mungkin delapan bulan ini pemenuhan birahi tak sebanding dengan produksi sel telurnya. Aku merunduk disitu dan dengan buas langsung membuka pahanya, menjulurkan lidahku dan menjilat permukaaan vagina yang berbulu sangat lebat itu. “Oooowwwhhhhh 
 yessss
.. sayaaangggg 
. aaaahhhh
.. sshhhhhhhh,” Jari-jariku sibuk mengucel-ucel bibir kemaluannya, lidahku terus menusuk-nusuk dan membelai dinding kemaluan wanita paruhbaya yang ternyata tak kalah menariknya dengan istriku itu. Sesekali bibirku menggigit pinggiran bibir kemaluannya yang cembung dan gemuk, memberikannya sensasi kebuasan birahi anak angkatnya yang polos ini. “aaaauuuuwww 
.. uuuoooooooohhhh geliiiiiiii 
. Sssshhhh 
. Naaakaaallll 
. kamu sayang 
.aaaaaaahhhhhhh,” jeritnya saat aku menggigit biji klitorisnya yang membengkak karena rangsangan hebat itu. Aku tak peduli lagi pada teriakan histerisnya, aku yakin dinding ruangan itu sedemikian tebalnya sehingga kalaupun ada yang menembakkan pistol disini pasti akan terdengar sayup-sayup saja. “oooooohhh 
.. yeeesshhhhh 

 gigit sayang oooohhh gigit lagi yyyyaaaahhh” ia malah minta aku meneruskan mengulum biji clitorisnya. Aku asik saja, cairan yang terus semakin deras mengalir dari liang vaginanya habis kusedot dan kuminum. Seperti daerah vagina milik Rani, kemaluan Bu Siska juga tampak sangat terawat. Tak tampak noda kotor setitikpun pada bagian itu. Hanya saja baru kali ini aku mengetahui bahwa ternyata lebatnya bulu kemaluan Bu Siska membuat penialainku pada bentuk vaginanya lebih baik dari milik istriku itu. “Ayo sayang, setubuhi ibu sekarang, hooooouuuhhh 
. ibu sudah ngga tahaan..,” pintanya memelas. Aku menuruti meskipun biasanya kalau aku melakukannya dengan Rani, tentu aku minta di-karaoke dulu sebagai imbalan aku menjilati vaginanya. Tapi kali ini aku canggung untuk meminta, karena dalam keadaan begini aku masih menaruh rasa hormat pada ibu angkatku itu. Kuambil posisi diatasnya, Bu Siska mengangkang, sebelah kakinya menjutai jatuh, sebelah lagi dinaikkan ke sandaran sofa. Kemaluanku memang sudah keras sejak tadi, kini sudah menempel dan siap masuk dan mengoyak bibir vagina Bu Siska. Telapak tanganku memegang kedua buah dada besar itu dan seketika ia menarik pinggulku mendekat. Lalu dengan keras aku menghujamkan penisku sejadi-jadinya dan “sreeeeppp 
. bleesssss”. untuk pertamakalinya aku merasakan sensasi menyetubuhi wanita paruh baya yang selama ini mengasuhku itu. “aaaaaaaaaaaaaaaaaaahhhhhhhhh.,” jerit Bu Siska keras sekali sampai menghentikan tusukanku yang baru masuk itu. “uuuffff 
. kenapa bu ?“ aku terhenyak juga. “punya kamu besar sekali, uuuuhhhh 
 ibu nggak pernah mengalami dimasuki segede ini saying 
 tapi coba yang pelan sayang, ibu agak nyeri,” katanya masih mendekapku. Sepasang kakinya mengikat pinggulku hingga penisku tertahan didalam. Kuberikan ia ciuman untuk merangsang nafsunya, bibirku menyedot putting susunya, dan beberapa detik setelah itu jepitannya melonggar. Tangannya malah menuntun pinggulku naik turun secara perlahan. Bu Siska mulai mendesah dan menikmati goyanganku. “Oooouuhhh 

 sayaaaangggg 
.. ooooouuhhh 
.. besarnya aaauuuuff 
 tariiiikhh aaaaahh enaaaakkkhhhh“. “teeekaaaan lagiiihhh aaaahhhh niiiiikmaaaattttt”. “uuuuhhhh, yang pelan aja sayaaaaanggg 
.. oooouuuffff “ ”.enaaaknyaaaahhhh 
 ooooooohhhhhh, saayaaaang” Tak henti-henti ia memuji kenikmatan dari penis besarku yang kini menggesek dinding-dinding vaginanya. Aku juga sebenarnya tak kalah nikmat. Apa yang selama ini kurasakan dari Rani memang enak juga, tapi sensasi kenikmatandari liang vagina dan tubuh montok Bu Siska memberiku pelajaran berharga bahwa ternyata kepiawaian dan pengalaman lebih mampu menciptakan sensasi kenikmatan yang lebih dahsyat ketimbang besaran liang vagina. Hehehe itu teori baru! Aku terus menggenjot dengan perlahan dan teratur, Bu Siska membuat suasana romantis dengan memberi ciuman mesra bertubi-tubi, mengulum bibirku dengan sepenuh hati. Matanya yang terpejam semakin mengguratkan warna kecantikan alami seorang ibu. Akupun terlena dengan pesona itu, baru aku sadar bahwa ternyata kecantikan ibu angkatku ini benar-benar luar biasa, bahkan kalau mau jujur, Bu Siska jauh lebih cantik dari kedua anaknya. Rasa nikmat dari pertautan kelamin kami terus menjalari seluruh urat sarafku, memenuhi rongga sanubariku dengan berjuta kenikmatan biologis. Tak terasa waktu berlalu hampir tigapuluh menit. Pelukan kaki dan tangan Bu Siska di pinggangku yang semakin erat dan tiba-tiba itu menunjukkan tanda sesaat lagi ia akan mencapai orgasme. “uuuuuuffff 
 sayaang, boleh hhhhhh 
 ibu 
 hhhh minta diatas”“ pintanya setengah mendesah. Aku mengerti dan segera menghentikan kocokan penisku di vaginanya. “ooooouuuuhhhh 
. Baaaiiikkkk 
. Aaahhhh 
. Bu,” Kali ini aku yang berbaring, Bu Siska langsung mengangkangi pahaku, liang vaginanya yang sudah becek itu menganga tepat diatas kemaluanku yang mengacung-acung seperti tak sabar ingin segera masuk. Punggungku bersandar pada sandaran sofa sehingga dengan mudah mulutku meraih putting susu Bu Siska yang sedang berusaha memasukkan kembali penisku kedalam vaginanya. Saat sedang asik meremas dan menghisap putting susu Bu Siska itulah dengan cekatan ibu menggenggam penisku dan mengarahkannya tepat di bibir kemaluannya dan sreeep bleesss”.. “aaaaahhhhh 
.. nikmatnyaaaaakkkkkhhh 

 aaahhhh 
.saaa yaaanggg 
.. ooouuhh..” “mmmmhhhhh 
.. ibuuuu 
.. aaaaauuuhhhh 
..enaaaakhhhh 
. Ssshhh” jeritku tak kalah seru dengan jeritannya. Bu Siska yang kini asik menaik turunkan pinggulnya untuk meraih kenikmatan dari gesekan relung kelaminnya. Sesekali gerakannya berubah dari turun naik menjadi maju mundur, lebih nikmat lagi saat ia memutar-mutar dengan poros kelaminnya yang terpaut dengan penisku. Alangkah sensualnya ketika aku melirik kearah kelaminku yang terjepit bibir vagina Bu Siska yang ikut keluar masuk dan membelai, vagina itu penuh sesak oleh buah pelirku yang berukuran diatas rata-rata itu. “hooohhh 
..saaayannng 

 kamuhhhh masih aaahhhh lama aauuufff sayaaaang ?“ “Iyaaah Buuuhhh, ooohhh kenapaaahhh, aaaahhh, enaaakkkhhh ooohhh,” “Ibuuu 
 ooooohhh sudaaahhhhhhh 
 mmmmmhhh ngggaaa 
 . kkkhh .. tahaaan 
 ooohhf yeeessss 
ooooohhh 
. punyaaaahh kaaaamuuuhhh mennnntthooookkhhhh 
.. aaauuuhhhh ibuuu ngggaaaaaa 
 aaaaakkkhhhh” “tahaaannnnn 
. Oohhh 
 ohhh 
. Ooohh 
. “ “ooohhh 
. Yyaaa 
. yaaa.. u h uuhhh .. ibuuuu 
. Ngaaa 
. Taaaahhhh 
 haaaann .. oooooooo ooohhh” lolongnya panjang sekali seketika itu tiba-tiba Bu Siska menggenjot keras sekali, semakin cepat, dan rupanya ia mengalami orgasme yang begitu dahsyat. “Reeeeeeeemeeeeshhh 
. Suuuuusuuuu 
 iiiibuuuu sayaaaanngggg .. ooouuhhhh, remassh terussshhhh Buudddiiii 
. Aaahhhhh 
.ennaaakkkhhh iiiibuuuu nggaaaaaa taaaaahaaannn” “ibu keluuuuuaaaarr..keeeeeeeeelllllluuuuuaaarrr 
. hhhhaa aaahhhhhhh 
. yesssssshhhhhhh,” jeritan panjang diiringi hempasan keras pangkal pahanya kearah penisku. Aku yang sudah tahu hal itu dari kebiasaanku dengan Rani segera memberikan remasan yang keras pada kedua buah dada Bu Siska. Kira-kira semenit kemudian badannya jatuh menimpaku. Nafasnya tersenggal-senggal, tubuhnya lemas lunglai terkapar sudah. Kelaminku yang masih mengeras mengganjal dalam vaginanya yang banjir. “ooouuhhhh 
.. sayang, kamu belum keluar ya ? Maapin ibu ya, Bud. Ibu egois, maklum sudah delapan bulan lebih ibu tidak merasakannya,” Bu Siska mulai berbicara setelah nafasnya agak teratur. “Nggak apa-apa Bu, yang penting ibu puas dulu,” aku menciumnya “Jangan gitu dong, sayang. Beri ibu kesempatan beberapa menit lagi ya ?” “Ibu akan buat kamu puas sebentar lagi,” ia balas mencium mesra. “Kamu kok bisa lama ya, saying ? Ibu nggak nyangka kamu sekuat itu,” “Ngga tau deh, Bu, mungkin karena saya suka dan sayang ibu kali ya”“ “ahhh 
. Masa ? Bisa aja kamu, sayang, benar kamu suka sama ibu ? Suka apanya ayo ? “Suka yang ini,” jawabku singkat sambil menerkam buah dadanya. Mungkin benar karena buah dada ini aku jadi begitu semangat, ukurannya yang besar dan ranum dengan bentuk yang sangat menantang itu membuatku jadi merasa lain saat ini, apalagi dengan “penemuan” bahwa ternyata wajah ibu jauh lebih cantik dari kedua anaknya itu. Atau aku memang punya selera yang lebih pada wanita STW seperti Bu Siska. Gara-gara sensasi STW itu, tanpa sadar penisku bangkit lagi, berkedut-kedut didalam sana. Ibu rupanya merasakan juga. “Say, bangun lagi tuh 
 Ibu sudah siap nih, yuk,” ajaknya seraya melepas gigitan vaginanya pada penisku. “Cropss”aku terhenyak. “Duuuhhh 
. besarnya sayang, pantas tadi punya ibu rasanya hampir robek,” ujarnya sambil menggenggam batang penisku. Ia terus memujinya dan mengocok lembut. “Ayo dong, Bu, nggak tahan nih,” ajakku. Aku berdiri dibelakangnya, maksudku agar Bu Siska menunduk dan aku masuk dari belakang. Rupanya ia mengerti. Kakinya dilebarkan dan tangannya menjangkau sandaran sofa. Bu Siska menunduk dan tampaklah belahan vagina wanita paruhbaya itu menganga ke belakang. Sejenak aku sempatkan untuk menjilatinya, tak tahan dengan pemandangan yang menggoda birahi itu. “aaaduuuhhh sayaaang, ayo dong masukiiin, ntar ibu keluar lagi lho”“ aku tak menjawab, tapi langsung meraih pinggulnya dengan tangan kanan, tangan kiriku mengarahkan kepala penisku menuju liang vagina yang merah itu dan sreeeeppp”. “uuuuhhhh 
.. kocok yang keras sayang, ibu mau yang keras aaaahhhhhh,” aku menuruti apa maunya, kusodok sekuat tenaga, kutarik hingga hampir lepas, Bu Siska memundurkan pantatnya seperti tak mau melepaskan penisku, tancap lagi terus begitu berulang-ulang sehingga menimbulkan decakan yang cukup keras, plaak..plak”plak”plak”sreeepp”.. plaak”.sreeep”crreeekkk”. Ada sekitar sepuluh menit kami melakukannya dengan posisi itu sampai ibu bilang lelah berdiri. Kuminta ia duduk santai dan bersandar di sofa lalu dengan segera kukangkangkan kakinya dan segera menusuk keras dalam posisi setengah berdiri. Tanganku sibuk dengan kedua buah dada besar itu. Sesekali aku menunduk agar dapat menjangkau susunya untuk menyedot. Bu Siska mendesis dan mendesah kegirangan. Cairannya semakin membanjir. “Aooooohhhh 
. Yessshhh 
. Yeeesss 
. Yesss
. genjooot yaaang kerasshhh saayaaang,” “ooouuhhh buuu 
. Iiiibuuuuu 
 aaauuhhh ennnnaaaakhhhnyaaaahhh 
. ssshhhh, saaa yaaa 
 hhhhaaaaaahhh haaaammmmpiiirrr ooouuffff,” “iibuuuu juuuuhhhhhggggaaaaa aaaahhhhh haaampiiirrr saaaaa 
..yyyyaaaaangg 
. aaahh yyeeeesss 

 oooohhhh niiikkkmaaaattttnyyyaaaahhhhh 
. Yeeessss 
 yeeesss, ye eesss,” selama sepuluh menit kemudian akupun mulai tak dapat menahan, sarafku menegang, meluncur ke satu titik di ujung penis, dan “oooooohhhhhhhhh 

,” aku rebah menimpa ibu dan memeluknya, mengujamkan kemaluanku sejadi-jadinya. Mentok didalam sana hingga dasar liang vagina ibu dan berteriaak panjang. “aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa 

 hhhhhhhh 
. .yeeeee esssshhhhh 
. keluuuu aaaarrrrr 
 buuuuuu ..oooohhhhh 
 yeeeeshhhhh 
..oooooo oooooohhhhhhhhhh,” aku berteriak histeris sambil menyemprotkan banyak sekali cairan sperma kedalam vagina Bu Siska. Ia pun demikian. Kakinya menjebit keras, tangannya menjambak rambutku dengan geras, dan giginya mengatup rapat. “hhhhhhhhhhaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa aaaaaahhhhhh iiiiibuuuuu juuuu gaaaaaaaahhhhhh 
 keeeellluuuuuaaaarrrr 
 laaaaggggii ihooooooohhhhhhhh 
.. yeeeshhhhhh ,” Ibu mendekapku erat, aku ambruk keatas tubuh montok ibu angkatku itu. Kami sibuk mengatur nafas masing-masing. Pelan-pelan kulepaskan penisku yang mulai melemas, Bu Siska masih memejamkan mata, kelelahan rupanya. “Luar biasa sayang!!” “Trims Bu, ibu juga luar biasa nikmat”.” aku menciumnya, lalu beranjak memunguti pakaian kami yang berserakan, kutumpuk diatas meja tamu ruangan. “Mau kemana sayang”“ “mandi, Bu. Penat,” “ibu boleh ikut”“ “Boleh,” aku mengulurkan tangan dan membimbingnya ke kamar mandi. “Kamu tadi benar-benar hebat,” tak habisnya dia memuji. “Pasti kalau sama Rani, bisa lebih dari itu ya”“ seketika Bu Siska menyebut nama istriku, aku jadi tersadar apa yang aku lakukan tadi. “Bu 
. Please 
. jangan sebut nama Rani dulu, saya masih shock,” “Eh iya, maaf .. Ibu juga nggak ngerti kenapa kita bisa seperti ini ya? Mungkin ibu yang terlalu sayang sama kamu sehingga ibu lupa kalau kamu adalah suami anak ibu,” katanya meralat sambil memberiku ciuman. “Nggak apa-apa Bu, saya juga tadi salah nggak bisa menahan nafsu, bagaimana kalau Rani tahu hal ini?“ kami masuk ke bathtube yang sudah terisi air hangat. Sambil berendam dan menyabuni tubuh montok Bu Siska. “ibu mau terus terang sama kamu, Bud. Tapi jangan marah ya ? Ibu harap kamu mau memenuhi permintaan ibu ini,” katanya, tangan Bu Siska menggenggam penisku yang menyisakan sedikit ketegangan pasca klimaks tadi. Sementara tanganku asik mempermainkan buah dadanya, bukan menyabuni, tapi meremas-remas. Gemas aku dibuatnya karena bentuk dan ukurannya. “Mana mungkin saya marah sama ibu, ibu kan sudah sedemikian baik sama saya. Apa mungkin saya akan menolak keinginan ibu “ “Tapi ibu mau ini datang dari hati kamu tanpa paksaan, Bud.” “Tentang apa sih, Bu ?“ “Tentang kita,” “Maksud ibu ?“ “Bud,” kini ia meraih tubuhku sehingga posisiku jadi mendudukinya, ibu memangku aku yang bersandar di dada bersusu besar itu. Aku menurut saja. “Sejak ibu punya masalah dengan mantan suami, ibu sangat mendambakan kehadiran pria yang benar-benar menyayangi ibu dengan tulus dan ihlas. Beberapa kali sejak mengetahui sumai ibu berselingkuh dengan wanita lain, ibu juga menjajaki kemungkinan untuk mencari pengganti. Tapi apalah mau dikata, tiga orang yang pernah berkenalan dengan ibu tak satupun memenuhi syarat lelaki yang setia,” Aku diam saja tak berani memotong. Takut ibu tersinggung. “Dan semenjak mengetahui kamu dan Rani sudah berhubungan jauh layaknya suami istri, ibu jadi semakin merasakan kebutuhan akan pria. Akhirnya ibu mengamati kehidupan kamu. Ibu mempelajari semua celah kehidupan kalian dan menemukan bahwa kamulah tipe lelaki yang paling sempurna di mata ibu.” “Jadi Bu 
. Apakah ibu akan memisahkan kami ?“ sergahku. “dengar dulu sayang, ibu tak bermaksud sejauh itu, hanya saja, ibu ingin kamu juga membagi kasih sayang itu sama ibu,” ia mempererat pelukannya. Aku masih terdiam tak bereaksi. “ibu juga tak ingin merusak hubungan kalian atau melukai perasaan anak ibu sendiri,” “lalu apa yang harus saya lakukan Bu ?“ “untuk sementara, sebelum ibu menemukan cara terbaik, kamu mau kan merahasiakan hubungan kita ini dari istrimu “ “iya Bu, itu pasti, mana mungkin saya bisa mengatakan hal ini pada Rani, bisa bubaran saya”.,” “itulah sebabnya kenapa ibu mau kamu tinggal di Jakarta menemani ibu, terus terang ibu sangat memerlukan kamu, Bud,” sesaat kemudian kami terdiam, aku memikirkan hal ini. Aku memang sayang pada Rani, ia cinta pertamaku, orang yang membawaku kedalam dunia kedewasaan dan kami sudah bertekat akan menjalani kehidupan rumah tangga setamat Rani kuliah nanti. Tapi aku juga tak mengelak kenyataan bahwa pesona dan kecantikan calon ibu mertuaku ini begitu hebatnya, saat ini aku bahkan tak mau memikirkan hubunganku dengan Rani. Yang ada dalam benakku hanyalah mereguk kenikmatan dari Bu Siska seperti yang barusaja kami lakukan, aku bahkan tak ingin ritual nikmat ini berakhir cepat. Betah sekali rasanya berada dalam pelukan wanita paruhbaya ini. Dan yang terpenting adalah, bagaimana lagi aku harus membalas kebaikan Bu Siska yang telah membawaku kedalam kehidupan seperti saat ini. Saat aku tersadar dari lamunan, tangan bu Siska telah menggenggam batang penisku yang kembali tegang. Barangku yang satu itu memang cepat sekali bangun, apalagi yang menyentuhnya adalah wanita idamanku ini. “ibu mau lagi ?“ aku menatapnya, “hek eh”.,” ia mengangguk senang. “ngga disisain buat Rani ?“ “hmmm, ibu tahu kamu mampu sampai enam kali sehari, jadi ibu yakin, sesampai di rumah nanti, pasti kamu main lagi sama istrimu, iya kan”“ “koq ibu tahu sih”“ “kan sering ngintip kamu ama Rani”..,” “haah 
 Jadi 
. Ibu lihat apa aja”“ “banyak, dari gaya kalian, samapai berapa lama dan berapa kali sehari”,” Gemas juga aku dibuatnya, dengan sekali gerak aku berbalik menghadap ibu dan langsung menyerbu buah dadanya, ibu menjerit, aku tak peduli “aaaampuuun geliii sayaaang, aaauuuhhh”“.,” “rasain ! Ini untuk ulah orang yang suka ngintip,” Kukenyot keras buah dadanya bergiliran, kiri, kanan, kiri, kanan terus begitu, sampai menimbulkan bercak merah cupang mulutku. Bu Siska hanya bisa kelonjotan sambl teriak-teriak. Kupaksa ibu berdiri membungkuk, lau dengan segera setelah kudapati liang vagina merah itu terkuak, langsung kucoblos dan bleeessss”.. aku segera mengocok keras. Bu Siska semakin kelonjotan. Sengaja kubuka kran shower, kami main sambil berdiri ditengah guyuran air 
. Ahhhh nikmatnya ibu angkatku. Dan seperti sebelumnya, aku keluar setelah membuatnya orgasme dua kali. Kemudian kami kembali ke ruang kerjanya, setelah mengeringkan badan, dengan mesra aku membantu Bu Siska mengenakan pakaian kerja jas biru tua dan rok bawahan berwarna putih itu. Entah kenapa, ketika hendak membantunya memasang CD, ibu menolak dan langsung membantu memasangkan pakaianku yang tercecer di meja kerjanya. “dasar maniak, lutut ibu rasanya mau patah,” gerutunya dengan wajah lucu. “siapa yang mulai ayo”“ jawabku sekenanya sambil meremas buah dadanya. “iiihhhh ngeriiii”“,” Ibu menjerit kecil saat tangannya balas menggenggam punyaku. “tahu rasa!!!” aku mengecupnya. Bu Siska melangkah kedepan cermin lebar dan merias kecil wajahnya disana, kupandangi wanita itu dari belakang. Luar biasa! Tubuh yang kini terbungkus rapi pakaian kerja itu tampak begitu “menghebohkan!”, masih kuat bayangan bagaimana sesaat yang lalu aku menggumulinya, menindihnya, menggoyangnya, menusuk-nusukkan penisku dalam vaginanya yang oh my God, luar biasa nikmat! Tak sadar bayangan vulgar dibalik gaun itu kembali mengundang gelak birahiku. Niat nakalku muncul, bagaimana sensasinya kalau sekarang kusetubuhi Bu Siska dengan tanpa melepas penutup tubuhnya itu” Ah rasanya pasti lebih nikmat, dan tanpa penetrasipun vaginanya masih becek oleh dua kali tumpahan spermaku yang menyembur sepuluh menit yang lalu” “Buu”..,” panggilku “hmmm”“ ia menoleh, ah cantik sekali. Aku mendekat dan memeluknya dari belakang, kutuntun ia berjalan kearah meja kerjanya. Sampai disana ibu masih belum sadar apa yang akan aku perbuat. “apaaan sih sayang”“ aku tak menjawab, sebelah tanganku sudah berhasil melorotkan celana dalamku sampai atas lutut. Dan dengan sekali dorongan lembut, posisi ibu yang membelakangiku menjadi membungkuk dengan tangannya bertumpu pada meja. Dan sebelum ia sempat tersadar dari ulah usil itu, aku sudah dengan secepat kilat menyingkap rok putihnya, dan yessss!!! Cdnya belum ia pasang sehingga aku langsung menempelkan penisku di bibir vagina Bu Siska yang masih saja mengalirkan cairan sperma sisa tadi. Breeesss”.creeepppp”.. “aaaooooooowww 
. Budiiiiiii 
. aaaaahhhhhhhhhh,” jeritnya histeris saat tanpa memberinya kesempatan aku langsung menggenjot maju mundur. “oooouuuufff 
. Aaahhhh 
. Ahhhhh .. ahhhh 
. aahhhh, kkaaamuuu naaakaallll 
. oohh yessss 
. Mmmmmmm 
.aaahhhhh 
. aaammmpuuunnnn tuhaaannn 
 Buuuudiiiii aahhh ibuu nggaaakkk aaaaahhhh ngggaaak kuuuuaaaattt .. laaagiiiiiihhhhh,” Bu Siska terus menjerit, tapi tak mampu menolak goyangan pinggulku yang menghempas di permukaan pantatnya yang semok itu. Tanganku kedepan dadanya, meraih buah dada yang kini masih terlapis pakaian dan BH itu. “Ibu cantik sekali dengan baju dan rok kerja ini, saya jadi terangsang lagi, nikmati saja bu,” aku memberikannya sejenak jeda untuk mengatur nafas. “oohh uuuufff 
 awas kalau nanti Rani sudah tak lagi di rumah, kamu harus melakukannya dengan ibu enam kali sehari juga,” telapak tanganku menyusup lewat celah Bhnya, meremas disitu dan bergoyang maju mundur lagi. Kali ini dengan tenaga yang lebih kuat lagi sehingga bunyi keciplak pertemuan pangkal pahaku dan daerah sekitar vagina itu semakin terdengar nyaring. “oooohhh 
. Ssshhhh 
. Yeeessshhh 
. Mmmmhhh 
. enakhhh sayaaangg teruuussss oooh hhhh 
 ssshhhh 
. genjot yang keras sayang oooohhh ibu mau sampai saaaayyaaangggg 
. uuu uuuuuhhh 
. mmmmmm aaahhhh 
 setubuhi ibu dengan kerasshhh sayaanggg ooohhh nikmaat nyaaaahhh 
. oooohhh yessss yessss yessss yesss 
. genjot sayang ayo teruuussss awas jangan lepaskan punyamu sayaaaaaaaaaaaangggg aaaaaahhhhh 
. ibuuuu hammmmpiiiiirrrr”.,” vaginanya terasa menjepit nikmat hingga beberap menit kemudian terasa rahimnya menyembur. “oooooooohhhhhhhh 
. yeeeeessss ibuuuu keluuuaaarrrrrrrrr aaaahhhhhhhhh, aaahhhh aahhh keluuuaaarrrr 
. ooohhhh”“,” aku tak ingin berlama-lama lagi dan dengan penuh semangat aku berkonsentrasi agar secepatnya juga orgasme. “sayaaaa juga buuu oooohhh saya jugaaa aaahhhh aaaahhhh ..
 aaaaaaaaaaaaahhhhh,” akhirnya beberapa kali semprotan yang keras dalam liang rahim Bu Siska mengahiri pertahananku. Kupeluk Bu Siska dan menuntunnya ke sofa. “Crooopp”.. lepas sudah penisku dari liang nikmat ibu angkatku itu, aku terduduk, Bu Siska mengambil CD yang tadi ia kantongi. “kan ada tissue Bu”“ “nggak sayang, ibu mau simpan bekas spermamu di CD ibu ini, supaya kamu nggak bisa lupa sama ibu, hihihi”..,” “ibu bisa aja,” aku menciumnya. Ibu membalas dan kami berdekapan lama sekali. Jam telah menunjukkan pukul 4 sore. Tak terasa sudah 3 jam lebih kami bermain. Aku lelah sekali. Kami santai sejenak minum energy drinks dari minibar Bu Siska. Tiba-tiba Hpku berdering, kulihat nomor Rani di monitor. “iya say”“ “nggak ini aku baru nyampe di kantor ibu, aku numpang ibu aja, kebetulan ibu minta bantuan buat beli tinta printer tadi, Jadi aku mampir ke Com center dulu,” seperti dugaanku, Rani pasti penasaran dan menelpon karena tak biasanya aku belum pulang sore hari. “Iya, ntar aku pesan sama ibu, kamu sehat kan say”“ “Iya, I love you too, daaaahh,” kututup HP. “Yeee 
.. mesranya, Ibu jadi cemburu,” goda Bu Siska. “Eh, bu. Rani pesan sate senayan tuh, ngidam katanya,” candaku. “Wuiiihh 
.. kamu pintar banget bo’ongnya 
 Kemarin kan Rani datang bulan, masa sekarang ngidam, weeekkk,” Ibu mengejek. “Iya iya tapi sate senayannya beneran lho,” “Ok, deh. Ntar kita mampir ke resto, yuuk dah sore nih, ntar istrimu cemberut lagi,” Ibu menarik tanganku ke arah pintu. Ternyata benar juga kata Bu Siska kalau aku ini memang hiper! Buktinya waktu di mobil, padahal aku Cuma ngelirik betisnya aja sudah langsung on! Jadi sepanjang jalan ke rumah, aku dipelototin terus oleh Bu Siska yang takut kalau mang sopir yang duduk di depan itu curiga pada ulah tanganku yang suka menyusup ke selangkangan ibu. Sampai dirumah, aku masih “on” gara-gara terangsang betis Bu Siska. Ketika Rani membuka pintu kamar, aku langsung menerkam dan menggumulinya. Dan jadilah aku bertempur untuk keempat kali dalam sehari ini. Luarbiasa, spermaku masih sanggup membanjiri vagina Rani sehingga ia tak curiga samasekali kalau sebagian besar spermaku sudah tumpah dalam rahim ibunya dari siang sampai sore ini. Dua minggu kemudian, aku dan Rani membuat kesepakatan tentang study kami. Tepat seperti yang diinginkan Bu Siska, aku tetap di Jakarta dan Rani menyusul Mbak Rina ke London. Otomatis hari-hari sebelum keberangkatannya tiba, aktivitas seksual kami meningkat tajam, setiap pulang sekolah, aku dan Rani langsung mengurung diri di kamar. Kami menumpahkan semua hasrat yang ada. Ibu malah sengaja menjadwalkan diri keluar daerah, sehingga di rumah hanya ada aku dan Rani. Lainnya para pembantu yang tinggal di kamar belakang kebun rumah kami. Jadi selama dua minggu itu pula aktifitas seks ku dengan ibu jadi tidak ada. Sebelum pergi ke luar kota, ibu malah berpesan agar aku puas-puasin dulu dengan Rani karena kami tak bisa mengantarnya ke London. Aku harus sibuk mengurus pendaftaranku di Universitas Indonesia. Hari terakhir menjelang keberangkatannya, aku dan Rani melakukan persetubuhan yang begitu romantis. Kami berdua berjanji akan memelihara benih kasih sayang. Rani malah bilang hanya kematian yang dapat memisahkan kami. Aku terharu sekali, sekaligus merasa berdosa padanya. Bagaimana tidak, sejak pertamakali bersetubuh dengan ibunya aku hampir setiap minggu pagi, saat Rani olahraga, Bu Siska selalu minta “jatahnya”. Aku bingung, satu sisi aku menyayangi Rani sebagai istriku, tapi disisi lain harus juga kuakui bahwa pesona dan kasih sayang Bu Siska padaku juga tak dapat kutolak. Sentuhan hati dan tubuh wanita paruh baya itu begitu membutakan mata hatiku. Namun sebagai manusia yang pragmatis, aku jalani saja keduanya. Mereka punya kelebihan masing-masing, Rani punya kemaluan yang menjepit sedangkan Bu Siska punya permainan yang kreatif, vagina empot-empot. Dua-duanya menyayangi aku. Hari minggu sore, Aku dan Bu Siska mengantar Rani ke Bandara. Dalam perjalanan, Rani seperti tak mau melepaskan pelukannya padaku. Dan saat memasuki ruang tunggu keberangkatan, ia menciumku sambil menangis. Setelah juga mencium ibunya, Rani berlalu sambil menunduk, aku melambaikan tangan hingga Rani menghilang dibalik pintu garbarata. Sampai hari ketiga sejak kepergian Rani, aku mencoba mengurangi perasaan gundah dengan menyibukkan diri, jadwal pendaftaran mahasiswa baru cukup membantu. Ibu membelikan aku sebuah BMW yang kukendarai sendiri kemana-mana. Siang setelah acara pendaftaran, aku berkunjung ke rumah teman-teman SMA seangkatanku. Sore hari aku pulang dan biasanya langsung menyendiri di kamar, memandangi foto-foto Rani dan aku yang memenuhi beberapa sisi kamar kami. Aku jadi banyak melamun di malam hari, padahal ujian tes masuk perguruan tinggi tinggal seminggu lagi. Bu Siska seperti mengerti kalau perasaan sedihku bulum habis, ia tak mau menggangguku. Kami hanya ngobrol waktu sarapan pagi, sebelum ia pergi ke kantor. Tapi lama-kelamaan aku jenuh juga, kupikir tak ada gunanya sedih berkepanjangan. Malam keempat, aku mencoba turun ke lantai dua, ke kamar ibu. Kulihat ia telah lelap tertidur pulas. Lelah dari seharian bekerja rupanya, aku mencium bibirnya. Kupandangi wajah manis yang kini tertidur lelap itu, cantik, elegan dan begitu menggoda birahi. Perempuan sempurna dengan buah dada besar yang telah berulangkali memberikan kepuasan seks berbeda dari apa yang kudapatkan dari anaknya. Yah, anaknya, anak yang lahir dari rahim melewati vagina yang begitu nikmat, yang terus terang saja mungkin terindah bentuknya dengan hiasan bulu-bulu lebat pertanda pemiliknya berlibido tinggi, bersih dan tentu saja terawat. Selalu mengundang nafsu untuk menyentuhnya, menmpermainkan jari di celahnya, menjilatnya dan memasukkan penis kedalamnya. Huuuhhhh”aku jadi tegang sendiri. Kubaringkan tubuhku di depannya, langsung mendekap. Ibu belum bereaksi ketika aku juga menyingkap selimut tebal itu, kupeluk tubuh bongsornya sambil menggesek-gesek buah dadanya yang hanya berlapis baju tidur tipis itu. Dengan lembut aku mengecup bibir sensual Bu Siska. “mmmmm 
..hhuuuufff,” ibu membuka mata tersadar akibat ciumanku tadi. Ia balas mencium dan memelukku. “belum tidur sayang”“ “Ngga bisa tidur, Bu ,” “iya ibu ngerti .., jam berapa ini”“ tangannya menggapai switch lampu kamar di samping tempat tidur. Dan jelaslah sudah pandanganku. Bu Siska dengan baju tidur sebatas dada kini tergolek semakin merangsang. Kemaluanku sudah tegang dari tadi, sejak melihat buah dada ibu yang putih mulus dan besar itu. Aku langsung menjamahnya, melepas tali pengikat daster itu dan uhhh”.seperti bayi yang kehausan, aku langsung menetekinya. “kamu suka sekali susu ibu, sayang ?“ Bu Siska membelai kepalaku dengan lembutnya. Aku tak mampu menjawab, karena mulutku sibuk menggilir payudaranya kiri dan kanan. ““ssssshhhhh 
. mmmmm..,” desisan Bu Siska mulai terdengar. Keciplak bunyi mulutku yang menyedot putting payudaranya berpadu suara nafas ibu yang mulai memburu. “tumpahkan semua nafsumu sama ibu, say. Malam ini ibu akan layani kamu sampai kamu benar-benar tidak mampu lagi 
. Uuuhhhh 
. Ssshhhhh 
. ooouuuhhhh..,” Akhirnya memang pesona dan keindahan tubuh Bu Siska mampu membawaku menjauh dari ingatan kepada Rani. Wanita paruh baya itu kini benar-benar bak dewi asmara yang membutakan nurani. Tubuh bongsor dengan payudara besar itu terus mengundang lidah dan mulutku untuk menjelajahi centi demi centi setiap permukaannya yang lembut dan halus. Sementara pemiliknya seperti tak mampu mengeluarkan suara selain rintih dan desah nikmat yang terus saja mengundang birahiku untuk meraup semua kenikmatan seksual darinya. Bahkan ia yang jauh hari sebelumnya kutahu adalah wanita penuh sopan santun dan cenderung sedikit aristokrat , kini tak tanggung-tanggung lagi mengeluarkan semua kosa kata jorok untuk sekedar mengimbangi kenikmatan dari permainan haram antara anak dan ibu angkatnya ini. “Oooouuhhhh yeesssshhhh 
. jilaatinnnnn memeeekk 
 ibuuuu sayaaang 
. oooohhhh geliiiinyaaa 
.. ooouuhhh yessss 
.. tussssuuuukkk deeeengaaannn aaahhh jariiiihhh kamuuuhhh sayaaangggg oooohhhhh 
 
. Koooocooookkkkk 
.. hhhhhhhhhh ooouuuuhhhhh 
. kamuuuhhh senaaaaangggg 
. memeeeekkkk uuhhhh ibbuuuu saaaayaaaaangg 
. hhhhh”“ “iyaaaahhh buuuu, srupppp”..aku asik menjilati bibir vagina berdinding merah itu. “ooohhhh 
 yyyaaaahhhh iiiyyaaaahhh .. mmmmmmhhhhhh ..ibuuuuhhhh mauu uuuhhh .. Keluuu 
.aaarrrrkkkkk 
 aaahhhh 
 sedooootttt 
 memee ekkk kuuuuuhhh ooohh seddddooootttthhhhh aaahhhh 
 ennnaaaakkkhhhh sayaaaaangggg” ibu menjerit histeris, pertanda orgasmenya tiba. Padahal baru 10 menit saja aku menjilati kemaluannya. Mungkin sedotanku yang keras dan bertubi-tubi pada clitorisnya yang menyebabkan ibu secepat itu. Pahanya menjepit kepalaku keras, sampai sesak nafasku dibuatnya. Hanya sesaat, lalu melemah dan aku kembali dengan perlahan menjilati cairan yang mengalir dari rahim ibu, kutelan habis seperti orang yang kehausan. “oooohhhh 
. sayang, ibu nggak tahan, maaf ya ??? Sekarang giliran ibu yang memuaskan kamu. Sini sayang, ibu mau coba penis kamu” “iiihh ibu, jorok ngomongnya!” sahutku sambil mencubit. Tapi aku tak menolak saat ibu meraih batang kemaluanku mendekat ke arah wajahnya, kini aku berdiri di lututku, menyodorkan penis besar dan keras itu ke wajah ibu yang sudah menganga. Kedua tanganku malah berpegangan pada kedua belahan dada yang empuk itu. Sambil meremas-remas lembut. “kan sekarang ibu istri kamu 
 hmmm 
” ibu langsung menyambut dengan mengulum batang itu, mengocok dengan jari-jari lentiknya dan “aaaaaaaaauuuh ibuuuuuuhhhh 
. ennnaaakkkkhhh,” sreeppp”..prrrrrtttttt”..clik clik clik bunyi penisku yang disedot mulut seksi Bu Siska. “ooouuhhh 
 buuuuhhhh 
 ennaaakkk 
. Oooohhhhh 
 ibuuuuhh hh .. hhhhhh .. yes sshhhhh 
 hhhhhhaaaaaaaooooooohhhhhh 
 yeeesssss 
 ooohhhh seddoooottthhhh tee ruuuusssshhhhhh buuuuu 
. ibuuuuuhhhhiiiiibbbuuuuuhhhhhoooohhhhhhh,” jeritku tak henti menikmati permainan lidah ibu yang menggelitik permukaan tepat di bawah kepala penisku. Tanganku semakin keras pula meremas buah dadanya. Aku berteriak sambil mendongak ke atas, ibu terus menyedot sambil menatap tingkahku yang seperti orang kesetrum listrik ribuan volt. Wajah cantik itu semakin menggairahkan dengan mulut yang penuh sesak oleh penisku. Tiba-tiba crooop”ibu menghentikannya. “oouuhhhhfff 
 kenapa bu”“ aku yang tanggung. “ibu mau lagi .., nggak tahan liatin kamu keenakan sendiri” “ Baik bu,” aku langsung berpindah karena ibu melepaskan penisku dari genggamannya “ibu diatas sayang, biar kamu puas mainin susu ibu,” “ibu tau aja selera saya”,” “iya harus dong, masa sih ibu ngga mau tahu kesukaan kamu, kamu kan sudah sering memuaskan ibu, adil kan kalo sekarang ibu berusaha memuaskan kamu “ aku rebahan di tempat tidur, telentang dengan penis yang tegang mendongak. Sejenak ibu menggenggamnya dan memandang heran. “pantesan ibu merasa sakit waktu pertama kali kita main, ukurannya segede ini, hiiiihh ngeri aaahhh”..,” “tapi ibu suka, kan”“ “iya dong, kalo tidak suka, ngapain juga ibu minta terus, ayo ah, udah nggak tahan,” ia langsung berjongkok dengan paha tepat diatas pinggangku. Tangannya mengarahkan rudal besar dan panjang itu tepat ke depan bibir vaginanya yang berbulu lebat sekali. Ibu menurunkan pantatnya, penisku masuk dengan lancar karena kemaluan ibu rupanya masih becek sisa liurku dan air maninya waktu kujilat tadi. Ia sedikit membungkuk mendekatkan susunya ke wajahku, aku langsung meraih, sebelah kiri dengan tangan kananku dan yang kanan dengan mulutku. Ibu langsung menggoyang naik-turun. Matanya nanar membiaskan nafsu birahi yang begitu dahsyat, pantatnya menghempas pahaku yang menimbulkan bunyi keciplak becek kemaluan kami yang saling terpaut dan menepuk. “Auuuuffff 
 hmmmmm enaakknyaahhh sayaaang 
ooohhhh ,” “iyaaahhhh 
. Buuu .. ssshhhhhh ooohhh .ibuuuuu ibuuu oohhhh, goyang yang kerasss buuuhhhh ooohhhh .ooohhhh mmmmm hhhh .yes ss..,” “hhhh niiikkmaaaatnyaaahhh kooonnnntooollll kamuuuu..buuuddd aaahhhh,” ibu rupanya tak lagi canggung mengucap kata-kata jorok tentang kemaluan kami. Desahannya pun semakin histeris. Apalagi saat aku dengan keras meremas buah dadanya yang besar itu. “ooohhhh . .memeeeekk . iiiibuuuu juuugaaaahhh . eeeennaaaakkkkhhh,” balasku mulai ikutan tak kalah jorok. “heeee 
 eeeennaaaakkkhhh maannaaaahh saaamaaahhh punyaa Raaaniiihhh ..,” ibu menghempas keras ”plaaakkk!!! Plaaakkk!!! Creekkk creeekk sreeep” “saamaaahhh enaaaakkhhhh ooohhhh memeeek ibuuu juggaaa njjeepiiit ooohhh,” aku mendorong keatas, “sreepppp blesss .. sreepp blesss” “gooommmbaaalll 
 manaaahhh bisaaahhh 
 ibuuu kaaan suudaaah tuaaaa aaahhh,” ibu meraih tanganku yang terlepas dari remasan susunya “taaapiiiihhh memeekk ibuuuuhhh jugaaaahh guuuuriiihhh enaaakhhhh,” kupintir-pintir putting susunya, ibu sampai terpejam sambil terus berteriak. “kooontooolll kamuuhh geedeee baaangeeethhh eeeehhhmmmm saaaayaanggg, mennto oookkkhhh”di rahiiimmm ibuuuuhhh.., sshhhh yesss remessshhhh susuuu ibu saaayyy,” Luar biasa memang seperti kata ibu, ukuran kontolku yang diatas rata-rata ini, sampai-sampai ibu yang sudah punya 2 anak menjerit-jerit merasakan keperkasaannya. Ibu merubah posisi, badannya menghadap samping, waktu menyamping tadi luar biasa nikmat gesekan vaginanya, kontolku seperti dipelintir. “oohhhh ibuuuuhhh enaaakkh”,” jeritku tertahan seketika karena tanpa jeda sedetikpun ia langsung menggoyang, kali ini berputar sehingga vaginanya seperti menyedot kemaluanku. Aku takmau kalah, kutarik putting susunya sebelah kiri hingga ibu berteriak dan semakin kencang bergoyang. “ooooohhhhhh aaaaaauuuhhhh yessshhhh .. piiiintttaaa arrr kamuuuuhhh”..,” “memeeeekhhhh ibuuuuhhhh 
 eeenaaakkhhhh buuuuuhhhh h oooohhhhh 
 ssssss hhhhhh 
 oooohhhh 
 gooyaaangggg aaahhhh..,” Ganti gaya lagi, setelah 10 menit begitu. Bu Siska menindihku sekarang, dengan pelan ia menggoyang pinggulnya. Aku asik meremas buah dadanya sambil mengadu lidah kami, saling sedot. “enaak..saaayaaangg ?“ desahnya bertanya “hooohhh mmmm enaakkk baaangeet uuhhh buuuuhhh .. memek ibuu bener-bener nikmaaat 
.. ooohhh.,” “penis kamu jugaaaahhh 
. ooohhhh nikmaatnyaaahh.., ibuuu sukaa bangeeett 
 kook bisa besar gitu yaah”“ “mana tau bu 
. emang dari sononya ooohhh memek ibu juga kenapa bisa enak gini 
. ihh aaahhhh .. ooohhhh 
. goyang ibu jugaaahh 
 ooohhhh,” “aduh saying 
 ibu mauuuuu keluaaarrrrr shhhhh ooohhhhhh yesssss aaahhh, menthoook sayaaangggg ooohhhh..,” vaginanya menjepit, pelukannya semakin erat, aku tahu itu tandanya ibu sebentar lagi akan muncrat “ayooohhhh buuuu aaahhh vaagiiinaaa ibuuuu tammmbah denyuuttt enaaakhhh aahh shhhh oooohhhh ooohhhh, goyang lagiiiii buuuuu yang kerasshhhh ooohhhhh,” “pindaah sayang, kamu diatas, ayooohhhh tindih ibu,” ia meminta aku diatas, mungkin supaya lebih keras genjotannya. Kuturuti perintahnya, langsung kami bergulingan, masih berpelukan. Bu Siska kini di bawah, pahanya diangkat-angkat tinggi agar kemaluanku semakin mudah menusuk, lututnya sampai menyentuh buah dada. “yesss .yess yess ..yesss aahh ahhh ahhhh . genjot yang kerass sayang yang cepaaathhhh oooohhhhh,” aku mempercepat..dan tiba saatnya bagi Bu Siska, menegang, melepas cairan dalam rahimnya, melumuri sekujur penisku yang masih mengganjal dan menusuk-nusuk. Akhirnya beberapa detik setelah itu melemas. Aku masih mengocok meski pelan, kecantikan wajah mature di depanku ini membuat birahiku takkan pernah padam. “shhhh 
 ooohhh geliiiii sayang, geliii 
 hhhh stop dulu stop dulu say, ibu istirahat dulu uuuhhh 
. nikmatnyaaahh.,” Bu Siska merintih kegelian merasakan desakan penisku yang tak kunjung jeda. Tangannya merangkul pinggangku dan mengeratkan pelukannya, pahanya menjepit sehingga aku sulit bergoyang. “aaahhh ibuuuu hhhh”.,” aku senewen juga karena tanggung, padahal saat itu penisku sedang tegang-tegangnya mengganjal. Terpaksa kuhentikan juga karena ibu terus merengek manja. “maapin ibu say, ibu nggak kuat layani kamu..,” Bu Siska mencoba menghibur dengan menciumku. “habiiisss ibu nggak bisa nahan sih, jadi kan saya tanggung bu”,” “ya sudaaah ntar ibu kasih lagi, tapi kasi ibu waktu beberapa menit aja ya”“ katanya seraya melepaskan pelukan. Badannya digeser ke samping, otomatis penisku terlepas, ibu sampai terpejam meresakan gelinya. “huuuuooohhh 
 giliran ibu deh yang nggak sanggup, padahal dulu waktu pertama kali kepingin sama kamu, ibu sampai mimpi bisa lama-lama mainnya, say”,” Bu Siska berkata sambil berbaring disebelah kananku. Kami sama-sama menghadap ke atas, memandang langit-langit kamar ibu yang luasnya dua kali kamarku itu. “Sejak kapan sih ibu punya keinginan begini”“ “sejak lama.., waktu tahu suami ibu main serong sama cewek lain,” “maksud ibu sejak tahun lalu”“ “nggak say, jauh sebelumnya
 kira-kira lima tahun yang lalu, waktu ibu pertama ngajak kamu ke Jakarta,” “Haaah”“ aku terkejut “waktu itu kan, saya masih SMP bu”“ “yaaahhh itulah sebabnya waktu itu kamu masih terlalu muda sehingga ibu nggak tega minta itu sama kamu,” “trus ?“ “Hmmmm kenapa sekarang ya, bu ?“ aku penasaran juga, jawaban Bu Siska tadi membuat aku berfikir untuk mengetahui pandangannya tentang aku, yang utuh dan jujur. Tentu ini menarik karena bagaimanapun kuanggap ini adalah peristiwa yang sangat berarti bagiku, yang telah merubah hidup dan pandanganku tentang wanita. Terutama perspektifku terhadap hubungan seksual. Sampai-sampai aku lupa kalau belum “tuntas” “Boleh ibu cerita panjang lebar, say”“ Ibu bertanya, “itu yang ingin saya dengar, bu, tapi .hmmmmm,” aku ragu mengatakannya, “apa sayang ?“ ia mengecup bibirku “Mau lagi ya ?“ rupanya Bu Siska tahu juga. Mungkin karena dirabanya penisku yang tegang itu. Aku tak menjawab, kubiarkan ibu men-service aku kali ini. “kenapa diam aja say”“ “kan saya belum keluar bu, boleh kan”“ aku merajuk sambil kembali menindihnya. “ iya sayang, ibu juga nggak mau kamu nanggung gitu, ayo sayang”.., mmmhhh ssss hhh ini yang ibu suka dari kamu 
 mainnya selalu panaassshhhh 
 ooohhhh sedoott susu ibu saaayyy 
. ssshhhh nikmatnyaaaahhhh”. Jadilah kami bertempur lagi, hasilnya kali ini kami keluar bersamaan, ibu yang duluan menyembur, aku menyusul beberapa detik setelah itu. Aahhh nikmatnya Bu Siska, ibu angkatku, Kekasih gelapku! Perkenalkan namaku Andre. Aku hidup di keluarga biasa saja di sebuah kota yang berjarak sekitar 100 km dari ibukota propinsi. Ayahku seorang Guru dan ibuku hanya sebagai ibu rumah tangga. Aku anak kedua dari dua bersaudara. Kakakku seorang perempuan yang kini kuliah semester 3 di perguruan tinggi ternama di negeri kami berdua memang agak jauh. Aku sendiri masih duduk di kelas VI SD. Kehidupanku seperti anak biasanya, hanya saja mulai akhir kelas V ada sesuatu yang aneh terjadi. Aku sesekali ngompol tetapi yang kukeluarkan bukan air kencing tetapi sesuatu berwarna putih yang mempunyai bau khas. Karena takut atau malu aku tidak menceritakannya pada yang aneh juga, kemaluanku sering berdiri ketika melihat wanita-wanita cantik. Apalagi yang usianya jauh di atasku. Tidak jarang ibu-ibu. Mungkin aku mengidap Oedipus complex ya. Tapi kala itu aku masih tidak tahu apa-apa, pernah juga aku melihat burungku ketika berdiri, kutarik kulup burungku ketika berdiri sehingga bagian dalamnya tersembul lingkungan rumahku aku mempunyai seorang teman dekat. Namanya Arifin, kami setingkat dalam sekolah akan tetapi berbeda tempat. Rumahnya juga tidak seberapa jauh, hanya beda 5 rumah saja. Ayahnya seorang tentara yang sering dinas keluar kota. Kamis sering bermain dan belajar itu minggu pagi, di lingkungan kami diadakan kerja bhakti menyambut musim hujan yang sudah tiba. Aku tidak mengikutinya, hanya bermain dengan si Arifin di teras rumahnya. Ibunya juga sibuk menghidangkan kopi dan snack sebagai ganti suaminya yang tidak ikut karena dinas di luar kota. Tidak kusadari aku memperhatikan bu Iskandar, ibunya Arifin ketika lewat sambil membawa gelas dan mug sisa kopi.“Heh, ndelok’i opo Ndre? Heh, Liatin apa kamu? Tanya Arifin mengagetkanku. “Nggak Fin, ga opo-opo” Nggak kok Fin, Nggak apa-apa jawabku. “Halah, koen nek ndelog ibuku mripatmu koyok arep mencolot” Ah, kamu kalo liat ibuku matamu kayak mau copot gitu ujarnya lagi. Aku hanya tersenyum. “Eh, kapan koen arep sunat Ndre?“Eh, kamu kapan mau di khitan Ndre? tanyanya lagi. “Embuh Fin, wedhi aku, jarene loro” Nggak tau Fin, aku takut, katanya sakit jawabku. “Lha koen dewe kapan?” Lha kamu sendiri kapan? tanyaku balik. “Lho nek aku wis mari yo.. biyen jarene pas aku umur 2 taun” jawabnya. Lho, kalo aku sudah, dulu katanya waktu aku umur 2 tahun “Iya ta?“tanyaku lagi. “Iyo, malah manukku wis iso metu pejuh’e” Iya, malah burungku dah bias mengeluarkan mani jawabnya. Pembicaraan kami terhenti ketika bu Is lewat. “Fin, aku nang pasar yo. Ojo nang endi-endi, aku ga gowo kunci” Fin, aku ke pasar ya, jangan kemana-mana, aku ga bawa kunci ujar bu Iskandar kemudian berlalu.“Eh, pejuh iku opo Fin?” Eh, mani itu apa tanyaku. Akhirnya temanku itu menjelaskannya dan bisa kutarik kesimpulan bahwa yang kukeluarkan ketika mimpi itu adalah pejuh Sperma alias air mani. “Berarti pelimu wis iso ngaceng yo Ndre?” Berarti burungmu sudah bisa berdiri ya Ndre Tanya Arifin sambil mengangguk. “Edan koen Ndre, jare ibuku, iku baru iso nek wis sunat, tapi koen during sunat wis iso.. eh wis tau coli ta” tanyanya. Gila kamu, kata ibuku hal itu baru bias kalo kamu sudah dikhitan, tapi kamu belum, eh udah pernah onani ta?”Opo iku” jawabku. “Liane mimpi, pejuh iku iso ditokne dewe, ga ngerti ta?“Selain lewat mimpi, mani itu bias dikeluarin sendiri, kamu tahu nggak? Tanya temanku itu. Aku hanya menggeleng. “Beh, wenak Ndre rasane.. aku yo ketagihan, meh ben dino aku ngene” Wah, enak Ndre rasanya, aku juga ketagihan, hamper tiap hari aku ginian jawabnya sambil menunjukkan tangannya yang mengadegankan dari temanku itu aku tau cara onani yang akhirnya jadi bagian dari kehidupan masa kecilku. Suatu hari, ketika itu liburan Cawu II aku bermain di rumahnya Arifin. Setelah lelah bermain monopoli, kami pun ngobrol. Entah kenapa tiba-tiba arah pembicaraan kami ke hal yang berbau sex. “Eh, koen nek coli sering mbayangne sopo Fin?“Eh, kamu kalo onani sering membayangkan siapa? tanyaku. Temanku itu tersenyum. “akeh Ndre, hamper semua ibu-ibu di sini tau dadi imajenasiku” Banyak Ndre, hampir semua ibu-ibu disini pernah jadi bahan imajenasiku jawabnya sambil tersenyum. “Berarti ibuku yo tau Fin” Berarti ibuku juga pernah? tanyaku. “Yo jelas lah Ndre.. ibumu iku top! Susune guedhe, sering ga gawe BH kan yo” Ya jelaslah Ndre. Ibumu itu top banget, payudaranya besar, sering ga pakai BH kan ya? jawabnya lagi yang membuatku cemberut. “Halah, ga usah ngamuk Ndre.. koen yo paling sering mbayangne ibuku” Halah, nggak usah marah Ndre, kamu juga paling sering membayangkan ibuku ujarnya lagi.“He eh.. iya” jawabku menyadari kenyataan. “Nek susune ibuku cilik Ndre” Kalo ibuku payudaranya kecil Ndre ujarnya lagi. “Kok weruh koen?” Kok kamu tahu pancingku. “eh, aku sering ngintip ibuku adhus” Iya aku sering ngintip ibuku waktu mandi jawabnya sambil setengah berbisik. “Gendeng kon” Gila kamu kehidupan masa kecilku, normal-normal saja sampai ketika aku memasuki kelas 1 SLTP. Aku dan Arifin masih tidak satu sekolah sekolah. Hingga suatu hari terdapat acara di sekolahku sehingga baru pukul pagi semua siswa dipulangkan. “Pak Mo, ga mungkin jemput kl jam segini” pikirku. aku pun berjalan kaki langkahku ketika mendekati rumah Arifin, temanku. Pandanganku tertuju pada becak pak Mo yang terparkir di depan rumah. Lingkungan kami memang tergolong sepi kalau pagi hari. Banyak yang bekerja meskipun itu para ibu-ibunya. Pak Mo itu sendiri adalah tukang becak yang biasanya antar jemput aku dengan Arifin di kampung sebelah. “Mungkin si Arifin juga udah pulang” pikirku. Aku segera mampir ke rumah yang sepi itu. Tidak ada tanda-tanda ada pemiliknya. Pak Mo sendiri memang sering diminta tolong warga sekitar untuk membantu bersih-bersih atau hanya sekedar mengangkat sampah atau membeli elpiji. Karena pintu utama terkunci aku akhirnya ke samping rumahnya Arifin yang tembus di bagian belakang rumah terdengar suara di salah satu kamar yang biasanya digunakan Bu Is setrika. Entah kenapa saat itu aku penasaran. Aku berjalan seperti maling, mengendap-endap menuju asal suara itu. Pintu ruangan itu sedikit terbuka. Suara itu semakin jelas. Suara seperti orang kepedesan dengan nafas yang aku terkejut ketika melihat bu Iskandar sedang menaiki tubuh pak Mo yang tergolek beralaskan tikar. Pinggul wanita yang masih memakai daster itu bergoyang maju mundur kadang-kadang diputarnya. Mulutnya meracau. Sedangkan pak Mo tidak melepas seluruh bajunya hanya celananya saja yang saat kemudian desahan bu Is semakin kencang. “SSStttsss
 ooccchh
 aku arep metu pak
 aku arep metu pak
 ooocccchhhhhh” SSStttsss
 ooccchh
 aku mau keluar pak
 aku mau keluar pak
 ooocccchhhhhh jerit bu Is.. tubuhnya mengejang, kepalanya sampai menengadah. Matanya saat kemudian tubuh bu Is ambkruk di sebelah pak Mo. Baru itu kemaluan pak Mo terlihat jelas. “Ayo pak, ndang tokne wis”Ayo pak, cepet keluarin wis kata bu Is dengan suara berat. “Ojo suwi-suwi.. aku wis metu kok” Jangan lama-lama, aku dah keluar/klimaks kok kata bu Is sambil mengakangkan kedua kakinya ketika pak Mo berlutut di menyibakkan dasternya sampai ke perut sehingga bagian kewanitaan bu Is sekilas terlihat olehku yang lalu tertutup tubuh pak Mo yang menindihnya. Hanya beberapa menit kulihat pak Mo pun mencapai puncak kenikmatannya. Sejenak mereka terdiam. Aku yang menyaksikannya semakin terangsang. Itu pertama kali aku melihat adegan kedua orang itupun berdiri. Kulihat kemaluan pak Mo yang masih terbungkus kondom itu sudah mulai melemas. “Buang kondomnya jauh ya pak” ujar bu Is sambil menyerahkan celana pak Mo supaya lelaki itu cepat memakainya. “Inggih bu” Iya bu sesaat kemudian pak Mo beranjak. “Jangan lupa tutup pintunya pak” pesan bu Is yang tidak dijawab oleh lelaki kemudian aku mulai bingung, bagaimana kalo wanita itu mengetahui keberadaanku di sana. Tapi sejenak kupikir, kenapa aku yang bingung, harusnya wanita itu yang bingung karena aku tahu perselingkuhannya dengan pak Mo. Kemudian aku mendengar suara orang mandi yang pasti bu Is. Aku segera melompat keluar rumah itu segera tetapi di jalan aku bertemu si Arifin yang berjalan pulang. “Eh, koen yo is mulih?” Eh, kamu dah pulang tanyanya. Untung saja si Arifin tidak tahu apa yang terjadi di rumahnya. “Iyo, tak pikir koen yo wis mulih, mau arep mampir tapi ga sido”iya, tak piker kamu juga udah pulang, tadi mau mampir tapi nggak jadi Is memang agak terkejut melihat kedatangan kami. Tetapi ia tampak cepat menguasai keadaan. Situasi seperti biasanya. Sesekali kulihat bu Is, membayangkan tadi apa yang dilakukannya dengan pak Mo. Aku yang sejak tadi terangsang semakin bingung. Tetapi yang jelas, aku ingin sekali seperti pak Mo pun tahu tingkah lakuku yang aneh. “Kon kok koyok wong bingung ae Ndre” Kamu kok kayak orang bingung sih Ndre? Tanya Arifin. Akhirnya setelah berpikir lama aku nekad mengambil secarik kertas. Tanpa sepengetahuan Arifin, aku menulis sesuatu di kertas itu. Sambil alasan ke kamar mandi kuserahkan secarik kertas itu pada bu Is yang sedang menyetrika.“Dibaca ya bu” ujarku langsung berlalu menuju Arifin di ruang tengah. Sekitar lima menit kemudian bu Is masuk, sekelebat menyerahkan kertas padaku. “Fin, angkatno klambi nang setrikoan gih” Fin, Tolong angkat baju dari ruang setrika ya perintah bu Is. Arifin menurut langsung beranjak. Kesempatanku untuk membaca kertas balasan bu Is.“aku tahu apa yang bu Is sama pak Mo lakukan tadi” loh ini kan tulisanku tadi. Setelah kubalik, ternyata jawabannya ada di situ. “Tolong jangan bilang siapa-siapa. Apa maumu?” aku segera membalasnya. “Aku pengen seperti pak Mo” tulisku singkat. Kemudian bu Is keluar kamar menoleh ke arahku yang segera ku serahkan secarik kertas itu lagi yang langsung dibawanya ke bagian belakang lama Arifin pun datang. Lama wanita itu tidak member jawaban. Aku semakin berdebar. Sampai akhirnya waktu normal sekolah pulang, aku segera pamit. Takut dicari oleh ibuku. Ternyata ketika aku pamit pulang, wanita itu menyerahkan kembali kertas kepadaku. “Iya, nanti malam kamu nginep sini ya” jawaban yang membuatku Pikirku. Hari itu terasa panjang sekali. Terasa lama sekali hari beranjak malam. Hingga akhirnya setelah maghrib, aku pamit ke ayahku. “Pak, aku nginep di rumah Arifin ya, belajar bersama” pamitku setengah takut. “Iya. Eh, biar ibumu Tanya dulu ke bu Is” jawab ayahku kemudian menyuruh ibuku telpon bu hati girang aku melangkah ke rumah tetanggaku itu. Malam itu aku akan merasakan nikmatnya seks. Dan bu Iskandar yang akan melakukannya denganku. Walhasil aku tiba di rumahnya. aku tidak konsen lagi dengan belajarku. Yang aku pikirkan adalah bagaimana nanti. Bu Is sudah memberiku isyarat setelah Arifin berdetak cepat, hingga pukul 10 malam, si Arifin akhirnya benar-benar tertidur. Dengan sabar aku tunggu setengah jam kemudian aku gerak-gerakkan pelan tubuh temanku itu. Ia tetap terlelap. Perlahan aku beranjak keluar dari kamarnya. “Arifin wis turu Ndre” Arifin udah tidur Ndre Tanya bu Is ketika aku menutup pintu mengangguk. “Kuncien” Kunci pintunya ya perintahnya yang segera kulakukan. “ayo” ajak wanita itu pelan. Aku mengikutinya yang menuju kamar belakang. Kututup pintu kamar itu setelah kami berdua berada di dalam. Di kamar itulah aku melepas keperjakaanku. Bu Iskandar dengan sabar dan telaten mengajariku pun berlalu. Hubunganku dengan bu Iskandar pun masih terjaga dan akupun menjadi satu-satunya pemuas bu Is ketika 2 bulan lalu pak Mo memutuskan untuk merantau ke Malaysia. Sejak saat itu seks menjadi bagian penting dalam hidupku. Hingga suatu ketika di pertengahan kelas 1 SMP, lagi-lagi semua siswa di sekolahku dipulangkan karena semua dewan guru aku senang, tetapi mengingat pak Iskandar masih di rumah. Pikiran untuk meminta “jatah” dari bu Is pupus. Aku pun segera pulang belum pukul 9 pagi aku sudah sampai di pintu pagar rumahku yang tumben tidak terkunci. Pintu utama ruang tamu pun terlihat sedikit terbuka. Tanpa pikir apa-apa aku segera sepasang sepatu yang diletakkan di dalam ruang tamu membuatku terkejut. Dan aku sepertinya mengenali sepatu tersebut. Perlahan aku masuk ke dalam rumah. Kulihat TV hidup tanpa ada yang melihat. Dimana gerangan ibuku. Perlahan kucari di bagian belakang rumah, dapur, kamar mandi dan kamar orang tuaku pun tidak tertuju pada kamarku yang pintunya tidak tertutup sempurna. Dengan perasaan curiga aku dorong pelan pintu kamarku sehingga sedikit terbuka. Betapa terkejutnya aku ketika melihat apa yang tejadi di dalam kamarku. Kulihat ibuku sedang mengulum kemaluan temanku Arifin yang berdiri bersandar di meja masih memakai baju tapi celana SMP nya berserakan di lantai. Ibuku yang kala itu rambutnya diikat dengan lahap menjilati batang kemaluannya Arifin yang merem melek keenakan. Kaos ibuku juga sudah terlepas sehingga tubuh bagian atasnya hanya tertutup BH hitam yang salah satu cupnya terlepas sehingga payudara kiri ibuku yang besar itu tersembul keluar.“Gila!” Ingin segera aku masuk dan menghentikan perbuatan mereka. Tapi aku berubah pikiran. Aku ingin melihat permainan terlarang mereka. Terus terang, hal itu juga membuatku terangsang. Diam-diam aku juga mengidolakan ibuku. Tidak jarang aku membayangkannya ketika onani. Mungkin ini juga kesempatanku untuk bisa mencicipi saat kemudian ibuku berdiri lalu melepas celana dalamnya tanpa melepas rok yang dipakainya. Ini saatnya aku masuk. “Ibu
 arifin !” kataku pura-pura terkejut. Tidak kalah terkejutnya mereka sampai-sampai kepala temanku itu terantuk meja belajarku. Cepat-cepat mereka berusaha memakai kembali pakaian mereka.“Nggak Ndre.. ini
 anu
” gumam ibuku bingung. “Anu Ndre
 maaf..” Arifin pun berkata sambil menutupi bagian kemaluannya. “Loh kok malah berhenti sih? aku ganggu ya” ujarku lalu masuk ke dalam kamar dan menaruh tasku. “Lanjutin aja bu, nanggung tuh” kataku lagi. “Nggak Ndre
 Nggak” jawab ibuku sambil memakai kaosnya.“kalo nggak dilanjut, malah aku nanti bilang bapak lo” kataku. “Jangan Ndre” arifin menyela. “Yo ndang Fin
 kenthu’en ibuku!” Ayo cepet Fin, setubuhi ibuku! jawabku. “Ndre.. tolong” kata ibuku memelas. “Iya bu, lanjutin aja.. kalo nggak malah aku bilang ke bapak.. kalo lanjutin dan aku liat, aku nggak bakal bilang siapa-siapa” berdua sejenak saling memandang. “ayo Fin” akhirnya ibuku menyetujuinya dan langsung melepas rok dan celana dalamnya. Kemudian ia membaringkan tubuhnya di tempat tidurku. Dengan agak ragu Arifin berjalan kearah tempat tidur. “Ayo” kataku lagi. “Iya Ndre” jawabnya pelan lalu menaiki tubuh ibuku yang menyambutnya dengan mengekangkan kedua kanan ibuku meraih batang kemaluan Arifin dan mengarahkannya ke bagian kewanitaannya. Dengan sekali dorong batang kemaluan Arifin langsung masuk ke dalam vagina ibuku. Setelah membetulkan posisi masing-masing, si Arifin mulai memompa tubuh ibuku. Aku lalu duduk di sebelah kepala ibuku sambil gerakannya kayaknya si Arifin ini nggak sekali dua kali sudah menyetubuhi ibuku. Mulut ibuku mendesah, nafasnya tersengal, matanya terpejam. “Bu, aku nanti juga mau ya” bisikku di telinga ibuku. Mata ibuku terbuka dan memandangku. Kuraih tangan ibuku dan membimbingnya ke batang kemaluanku yang sudah mengeras seperti si Arifin mempercepat gerakannya. Sepertinya ia akan mengalami klimaks. “Fin, tokno njobo!” Fin, keluarin spermamu diluar kataku. Ia mengangguk. Beberapa detik kemudian ia mencabut batang kemaluannya dan langsung mengocoknya. Beberapa detik kemudian kemaluannya temanku itu memuncratkan air maninya di atas tubuh ibuku yang my time, pikirku. Aku lalu melepas celana yang kupakai. “Jilat dong bu
 masak cuman punya Arifin yang dijilat” kataku. “Iya Ndre” jawab ibuku kemudian duduk dan mulai menjiati batang kemaluanku. Kemudian aku berusaha melepas kaos yang masih dikenakan ibuku. Wanita itu tanggap. Ia menghentikan kulumannya dan melepas kaos serta BH yang ia telanjang bulat. “Masukin ya bu” kataku pelan. Aku segera membaringkan tubuhku di ranjang. Tanpa diminta lagi ibuku segera menaikiku dan memasukkan batang kemaluanku ke dalam liang vaginanya. Tanpa banyak bicara wanita itu langsung menggoyangku dengan cepat. Terasa enak sekali. Sengaja aku jebol pertahananku sendiri agar dikira belum pernah melakukan hubungan banyak omong, ibuku langsung keluar kamar dengan membawa seluruh pakaiannya. Tinggal aku dan Arifin yang sama-sama terdiam. “Maaf ya Ndre” akhirnya kata itu keluar dari mulut Arifin. Aku hanya tersenyum. Dalam pikiranku, ia tidak tahu kalau sebenarnya aku juga sering tidur dengan ibunya. “Mulai kapan Fin?” tanyaku. “sebulanan Ndre. Ini yang keempat” jawabnya pelan. “Berarti disik aku Fin, hehe” Berarti duluan aku Fin jawabku lalu tersenyum. “Maksudmu ndre” tanyanya bingung. “Aku mulai 2 bulan kemarin” jawabku lagi. “Apanya” Tanya Arifin semakin penasaran. “ibumu, hehe” jawabku sambil menunjukkan tanganku yang menggenggam tanda persetubuhan. “Gendeng koen!” iyo tah!?” Gila kamu! Iya ta? jawab Arifin sambil mendorong tubuhku yang disusul oleh senyumku Sebelum melanjutkan CeritaDewasa saya ingin bercerita sedikit tentang reaksi saya melihat ibu menyusui sebelum cerita ini bermula, Entah kenapa setiap melihat ibu menyusui saya jadi kepengen ikut nyusu, dan akhirnya keinginan itupun tiap sore beberapa minggu ini,kegemaraanku untuk bersepeda ke lingkungan tempat tinggalku muncul kembali. Kesehatan memang salah satu alasan kenapa hal ini sering aku lakukan sekarang, namun ada alasan lain yang kemudian menjadi alasan utamaku yaitu seorang cewek atau lebih tepatnya seorang ibuRumah tangga/tante di salah satu Dewi, begitulah aku sering dengan tinggi 168cm, berwajah khas orang kota gudeg dan padat berisi khas seorang ibu-ibu muda jaman sekarang. Aku,Dana, seorang mahasiswa tingkat akhir di salah satu perguruan tinggi ternama di aja Cerita dewasa nya ya?Saat aku bersepeda, aku selalu bertemu dengan mbak dewi, dia selalu menggendong anaknya yang masih berumur 2 tahun di sebuah SDdekat rumahku sambil menyuapi makanan ke anaknya. Dan sering pula aku memergoki mbakDewi sedang menyusui anaknya tersebut,pemandangan itulah yang membuat saya sangat betah untuk melihatnya. MbakDewi tanpa malu-malu menyusui anaknya di tempat umum dan dilihat olehku. Sering pas aku melihat prosesi tersebut, dia malah tersenyum ada tanda-tanda sesuatu ini pikirkuDasar otak ngeres, yang dipikir pasti yang itu-itu aja.. heheMalah kadang aku ngerasa dia sengaja memamerkan payudaranya kepadaku, yaitu waktu menyusui kadang dia membuka hampir separuh kancing bajunya sehingga telihat dua buah dadanya yang mengkal itu. Dan setelah beberapa lama aku baru tahu kalo ukurannya34C. BH yang dia pakai tiap hari selalu membuatku merasa bahwa payudaranya semakin hari semakin merangsang saja. Kadang hitam, pink, merah, biru, ungu dan yang paling aku suka yaitu bentuk BH yang mempunyai renda. Hot banget ketika, aku beranikan diri untuk berbincang dengannya. Hari itu dia sedang memakai baju seperti baju tidur berwarna biru laut dengan rok longgar berwarna putih. Masih kayak anak muda aja deh walau umurnya telah menginjak kepala kabar mbak?? lagi asyik ngapain ne??tanyaku ini dek, biasa nyuapin Didi sambil jalan-jalan sekalian nyari udara segar sore hari, lanjutnya..wah sehat banget keliatannya mbak anaknya,pasti makannya banyak ya?ga juga si Dan, Cuma nyusunya itu loh,kenceng banget. timpalnyaOtakku yang ngeres langsung de mengarah ke hal yang iya iya wah susu yang mana ne mbak?? tanyaku sambil tersenyum susu botol dan susu ini. sambil dia memegang payudaranya wah mau dong mbak minta susunya, biar aku juga sehat. Hehehe sambil cengenges2an..wah susu yang mana ne dan,klo susu botol kan ga mungkin toh kamu uda yang ini ya??sambil senyum juga mbak Dewi iniWuiihberani juga ne mbakDewi, langsung aja de gue jawabh dengan ketawa juga emang bole ya mbak??Tiba-tiba si Didi merengek dan minta susu keIbunya.. bentar ya Dan, Didi minta tetek dia buka kancing baju 3biji dan ngeluarin kedua teteknya yang masih terbungkus BHwarna hitam berenda itu. Wah pucuk dicinta ulam pun tiba, akirnya bisa ngeliat dari dekat prosesi ini. Tetek mbak Dewi sangat indah ternyata, apalagi BH yang dipakai sangat kontras dengan kulitnya yang kuning langsat dan yang paling aku sukai BHnya berenda cuy. yes yes yesBegitu teteknya terbuka satu,langsung de si Didi menyerobotnya dengan cepat dan menghisap dengan sayang, nanti tersedak lho sambil mbak Dewi mengocok-ngocok teteknya yang sudah dikenyot anaknya jadi mupeng ne, putingnya yang coklat dan agak besar sempat terlihat sekilas oleh yang dibawah sudah mulai berontak ne,gawat batinkuWaktu itu kami berada di pinggir lapangan sebuah SD, tepatnya di tempat duduk di luar kelas yang terletak dipojokan gedung. Mbak dewi tiba-tiba meminta anaknya untuk berganti posisi agar anaknya mengenyot tetek yang satunya.uda abis mungkin yang kiri??Tetek yang uda selesai diisep anaknya dibiarkan menggantung bebas, Duh otong uda ga kuat ne, uda berdiri tegak didalam celana dan membuat aku jadi salting. Mbak dewi ternyata melihat gelagat anehku kenapa Dan?? tanyanyaDengan terkaget aku menjawab anu.. emm.. eh ngga papa kok bohong kamu Dan,kamu pengen ya??Duh makin tegang aja dengan pertanyaan seperti ini. Tapi karena amin telah mengalahkan iman maka akupun jawab emangnya bole ya mbak?Nanti ada yang marah?ya asal ga rebutan sama Didi ya ga bener-bener beruntung ne hari ini. maksudnya Mbak? sok sok belagak bego ne memutar-mutar teteknya yang sebelah kiri dia bilang ayo sini aja,masih ada satu pelan pelan ya, si Didi mau tidur ni kayaknya aja gua deketin mbakDewi, pertama-tama gue masih ragu, namun dia terus menarik tanganku untuk menyentuh bukit yang indah malu Dan, sambil menyentuhkan tanganku ke buah dadanya itu..Ku elus-elus tetek itu dengan lembut, seru juga ya mainin tetek cewek yang menyusui sambil ada anaknya yang sedang netek. ukurannya itu lho, manteb gan!! Waduw kayak threesome aja,tapi yang satu masi kelamaan remesanku terhadap teteknya ternyata membuatnya ON, terus gue beranikan untuk mencium putting yang imut di sebelah sana aja yuk? dengan menunjuk sebuah pelataran kecil di pojok gedung dengan lokasi agak ke belakan. wah seru juga ne tempatnya..ayo mas dilanjut lagi. Ajaknya mbak dibuka aja de bajunya,biar lebih leluasa. pintakuAkirnya dia membuka baju itu dengan mudah karena tinggal beberapa kancing saja yang belum terbuka. Dengan BH yang masih menempel diatas teteknya, aku mulai mengisap,memilin, menjilat dan memainkan dengan lidahku. Tanganya mulai bereaksi terhadapku,menelusurlah tangan kirinya ke dia mengelus dari luar,kemudian tak berapa lama telah masuk ke dalam celana kolorku. Di tempat itu, terdapat sumur dengan sedikit lantai kering berbahan beton yang hangat karena terkena sinar matahari seharian. Dengan perlahan aku rebahkan dia di lantai tersebut dengan Didi masih mengenyot teteknya yang kanan tanpa terusik memintaku melepas celana dan baju yang kupakai sehingga hanya tertinggal celdam GTman ku yang menempel. Langsung akupun rebahan di samping mbak Dewi sambil saling juga ciumannya, lidah kami saling bertemu, mulut pun beradu sambil tangan kiriku bergerilya di dalam aku mencium bibir dan teteknya itu sambil tangan kiri mengelus gundukan kananku tak mau kalah mulai melepas kaitan BH yang masih menempel itu. Mbak Dewi juga makin liar mengelus dedekku dari luar celana dalam, kemudian karena tidak puas dia masuk ke dalam celana dalamku dan mengelus+mengocok dedekku.. mantap bener rasanya,namanya juga uda pengalam kali ya?Dan, mbak ga bisa bangun ne,jadi tolong bukain celana dalammu ya?Langsung kubuka celana dalamku sambil dia tersenyum menatapku, ketika terlepas, menyembullah dedek yang sudah tegang banget Dan? punya suami mbak aja kalahDedek ku masih standar dengan ukuran 17cm,namun gendut dari pangkal ke si mbak? tanyaku..mbak, aku bole minta diemut ga dedeknya?Sambil senyum dia mengangguk tanda mengiyakan. Aku arahkan dedekku ke mulutnya,dan langsung dijilati pelan-pelan sampai dia menelannya. Tanganku tak mau menganggur,aku raih tetek yang kanan dan dengan sedikit susah payah aku jangkau celana dalamnya yang berwarna hitam berenda pula,kemudian aku lepaskan namun dengan rok yang masih terpakai. Sambil terus menjilat dan mengulum dedekku, aku terkagum melihat vaginanya yang tercukur mulus dengan bibir merah dan sedikit menjulurkan kulitnya keluar,langsung saja aku memposisikan diri membentuk angka perlahan aku menjilat bibir vaginanya,aku julur-julurkan lidah ini kedalamnya secara perlahan. Sengaja aku memancing nafsunya agar terus naik, terlihat dari cara dia mengulum dedekku yang semakin dengan kenceng ddedek ini sampai tertelan semuanya, wah hebat ne,dedekku sampai bisa ditelan abis mulai ikut campur dengan lidahku, mulai aku masukkan sedikit ujung telunjukku ke missV nya dengan terus menjilat,aku ga mau merusak vagina yang indah ini dengan tanganku. Hanya dedekku yang hanya boleh masuk lebih dalam mbak dewi yang terangsang dengan aksiku terdengar cukup keras, untung daerah tersebut sepi dan jarang dilewati orang. Anaknya, Didi,gak merasa terganggu dengan lenguhan mamanya itu namun tetap tertidur, mungkin ngantuk berat kali?? hehehe tanpa terasa vaginanya uda basah banget dan tak berapa lama cairan benih agak putih keluar dari lubang surga tersebut, tubuh mbak Dewi agak terhentak dan mulutnya terasa sedikit menggigit dia uda sampai duluan ni? pikirku dalam hentikan aksiku dan aku cabut juga dedekku dari mulutnya, mbak Dewi terlihat sedikit lemas namun tetap tersenyum penuh gairah terhadapku. Aku sudah sangat terangsang dan pengen memasukkan dedek ini ke sarangnya,begitu juga mbak Dewi yang begitu terangsang melihat aku bole masukin ne? tanyakuDia hanya mengangguk dan tersenyum lebarkan pahanya itu,dengan agak menindih aku masukkan sedikit demi sedikit dedekku ini. Aku resapi tiap jengkal kenikmatan surga ini, belum sampai setengah mbak dewi terlihat sedikit meringis. Pelan-pelan Danagak sesak ne rasanya..Danbesar sekali punyamu,tapi nikmat bangetDan!terus Dan.. sambil menggigit bibirnyaSetelah masuk seluruhnya, aku genjot dia dengan posisi MOT dan sambil aku push-up mantep banget, rasanya dalem banget dedek ini menusuknya. Mulutku tak mau kalah, mencium dan mengemut teteknya secara 15 menit kami dalam posisi seperti ini,karena sedikit lelah akupun berubah posisi. Aku cabut dengan cepet dedekku,serr sensasinya ruaar biasa. Kemudian aku rebahkan badan ku disampingnya dan miring kekanan, aku angkat kaki kirinya ke atas kemudian dari samping aku masukkan dedekku dedek ini telah tenggelam lagi kedalam lubang surgawi, aku goyang pelan, sedikit bertenaga dan kenceng.. sambil mulut ini beradu dan tangan kiriku meremas puting tetek sebelah kiri. Lagi asik-asiknya tiba-tiba anaknya gawat ne? kataku dalam hati. Namun mbak Dewi langsung mengelus anaknya dan mendekapnya agar tetap diam dan akirnyaDidipun tertidur kembali sambil netek. Wah lengkap sudah yang mbak Dewi rasakan, uda yang bawah diganjal ama dedekku, kedua teteknya ada yang ngenyot dan mulut juga bergantian aku semakin kuat hampir menuju puncaknya,akupun merasakan ada sesuatu yang mau menyembur dari ujung dedekku. Semakin ku percepat gerakan dedekku ke dalam vaginanya, semakin liar juga kami berciuman dan semakin ganas tanganku meremas teteknya. Setelah hampir 20 menit dalam posisi tersebut tiba-tiba aku ngerasa uda hampir aku mau keluar ne..aku juga Dan, bareng ya, pintanyaAku terus mnggoyangkan dedekku dengan makin cepat, 5 menit kemudian aku sudah tak tahan kk. aku keluarrrrrrr aku juga dekk.. kCrot.. Crot.. CrotCrottumpahlah semua maniku ke dalam vaginanya. ahhh.. nikmat banget rasanya, sampai ke ubun-ubun rasa nikmat walau uda keluar aku tetap membiarkan dedekku di dalam masih saling berpagutan lembut menikmati tiap centi kenikmatan yang telah kami lewati., tanganku juga masih mengelus teteknya,anaknya juga masih mengenyot tetek yang satunya secara ya Dan. sensasi ini belum pernah aku sama mbak, makasih juga uda diberi kehormatan mencicipi tubuh lama aku pengen ama mbak setiap kulihat mbak neteki disini nakal kamu ya Dan!!mbak juga sengaja si ngeluarin tetek kok sampe dua duanya. HeheheheAku cabut dedekku, Ploop..bunyinya. Setelah itu aku bangun dan memakai semua bajuku, aku kenakan lagi celana dalam mbak Dewi sambil aku berikan kecupan kecil di bibir lenguh mbak mengaitkanBhnya tanpa memakai dulu karena Didi masih netek. Kamipun masih berbincang, dan aku masih merasa pengen menghisap Dewi mempersilahkan aku untuk tetap mencium teteknyasampai menjelang senja akirnya kami keluar dari SDtersebut dengan Didi yang mulai terbangun. Kami pun berjanji akan mengulangnya sensasi yang luar biasa dari seorang wanita menyusui.

cerita dewasa ibu angkat